Jakarta|EGINDO.co Mantan pelatih Tim Nasional Sepakbolla Indonesia Benny Dollo meninggal dunia dalam usia ke 72 tahun, Rabu (1/2/2023) malam.
Rencananya legenda sepakbola Indonesia tersebut akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.
Prosesi pemakaman dikabarkan akan berlangsung pada 4 Februari 2023 pukul 12.00 WIB.
Pemilik nama lengkap Benny Selvianus Dollo tersebut saat ini masih disemayamkan di rumah duka.
Jenazahnya akan dikebumikan setelah menjalani prosesi rangkaian ibadah terlebih dahulu.
Ucapan duka mengalir atas meninggalnya Benny Dollo.
Salah satunya berasal dari mantan pemain Timnas Indonesia Firman Utina.
Melalui Instagram pribadinya, Firman Utina mengucapkan selamat jalan kepada coach Benny Dollo.
“Selamat jalan om Beni Dollo,” tulis Firman Utina dalam caption unggahannya tertanggal Rabu (1/2/2023).
Dari pantauan Tribunnews, Boaz Solossa hingga Dias Angga Putra turut mengucapkan duka cita.
“Selamat jalan om Benny Dollo,” tulis Boaz.
“Turut berduka cita coach,” ungkap Diaz Angga.
Selain itu, ada pula eks pemain Timnas Singapura, Baihakki Kaizan yang juga membubuhkan komentarnya.
Sempat Masuk Rumah Sakit
Benny Dollo dikabarkan masuk rumah sakit pada medio Juli 2022 lalu.
Sebagaimana dikutip dari TribunManado, saat itu Benny Dollo dirawat di RSU Tangerang Selatan lantaran kondisi kesehatannya yang menurun.
Saat itu, Coach Benny Dollo mengalami sesak napas.
Selain itu mendiang juga terkonfirmasi positif Covid-19 bergejala berat.
“Penyakit yang dialami pasien Benny Dollo ini kompleks banget,” ungkap perwakilan rumah sakit tempat Benny Dollo dirawat kala itu.
“Selain pendarahan lambung, juga ada penurunan fungsi ginjal dan hati.”
“Darah tinggi dan memiliki penyakit parkinson,” pungkasnya.
Profil Benny Dollo
Benny Dollo telah malang melintang di dunia sepak bola Indonesia sejak dahulu.
Dikutip dari Transfermarkt, Benny Dollo lahir di Manado, 22 September 1950.
Pria bernama lengkap Benny Selvianus Dollo ini terjun di dunia kepelatihan pada 1983 silam.
Ia menangani klub Tiong Hoa Hwee Koan FC.
Benny Dollo menjadi pelatih klub tersebut pada 1983 hingga 1985.
Setelah itu, ia melanjutkan petualangannya dengan menangani salah satu klub besar Indonesia.
Adalah Pelita Jaya yang beruntung mendapatkan jasa pelatih bertangan dingin tersebut.
Ia mulai melatih Pelita Jaya pada tahun 1987 silam.
Juru taktik asal Manado ini berhasil mempersembahkan gelar kepada Pelita Jaya.
Tiga gelar kompetisi Galatama mendarat di klub tersebut selama ditangani oleh Benny Dollo.
Pelita Jaya meraih juara bersama Benny Dollo pada 1988, 1990 dan 1993.
Setelah berpisah dengan Pelita Jaya, ia melanglang buana ke berbagai klub.
Mulai dari Persita Tangerang hingga Persitara Jakarta Utara juga merasakan racikan strateginya.
Saat itu, Benny Dollo membawa Arema Malang juara Piala Indonesia pada tahun 2005 dan 2006.
Setelah di Arema Malang, Benny Dollo juga menangani tim-tim lain.
Persita Tangerang, Persija Jakarta hingga Mitra Kukar pernah menjadi pelabuhannya.
Selain di level klub, Benny Dollo juga pernah mendapat amanah menangani Timnas Indonesia.
Transfermarkt mencatat Benny Dollo pernah tiga kali dipercaya menjadi nakhoda Timnas Indonesia.
Ia pertama kali menjadi pelatih skuad Garuda pada tahun 2000.
Setelah itu, Benny Dollo kembali menjadi ahli taktik Timnas Indonesia pada 2008 hingga 2010.
Pada periode ini, Benny Dollo sukses mengantarkan Timnas Indonesia menjadi juara Piala Kemerdekaan 2008.
Kali terakhir ia menangani timnas adalah pada 2014.
Saat itu Benny Dollo ditunjuk sebagai pelatih sementara sejak 1 Februari 2015 hingga 8 Mei 2015.
Prestasi Benny Dollo
Semasa hidup, mendiang Benny Dollo memiliki berbagai catatan emas bersama tim-tim yang pernah ditanganinya.
Bendol (sapaan akrabnya dahulu) juga menorehkan prestasi cemerlang bersama Timnas Indonesia.
Kala itu, skuad Garuda bermain di ajang Piala Kemerdekaan 2008.
Memang turnamen itu bukanlah kompetisi setingkat Piala Asia atau Piala AFF.
Akan tetapi Piala Kemerdekaan 2008 memiliki prestis tersendiri.
Turnamen tersebut diadakan untuk memperingati 75 tahun Indonesia merdeka.
Juara dengan Cara Tak Biasa
Firman Utina cs mengalahkan timnas Libya U23 yang juga menjadi kontestan turnamen.
Pada laga tersebut, skuad Garuda sejatinya tertinggal terlebih dahulu dari Libya di babak pertama.
Namun, Libya menolak melanjutkan pertandingan babak kedua.
Alasan di balik tindakan timnas Libya itu mengarah pada beberapa hal.
Akan tetapi kesimpulan terkuatnya adalah Libya tak terima adanya tindakan pemukulan yang ditujukan kepada sang pelatih kala itu.
Keengganan Libya melanjutkan laga membuat Timnas Indonesia dinyatakan sebagai pemenang via WO atau Walk Out.
Keunggulan yang dicatat Libya di babak pertama tak berarti banyak setelah keputusan itu jatuh.
Alhasil, Bendol dan anak asuhnya merayakan keberhasilan menjadi juara Piala Kemerdekaan 2008 itu dengan suka cita.
Sumber: Tribunnews.com/Sn