Jakarta|Egindo.co Sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Trinity College Dublin mengungkap bahwa Google mulai melacak pengguna perangkat Android bahkan sebelum mereka masuk ke akun Google mereka. Temuan ini menunjukkan bahwa berbagai data, seperti cookie, pengenal unik, dan informasi lainnya, dikirim ke server Google tanpa izin pengguna.
Sebagai perusahaan yang mengembangkan sistem operasi Android, mengelola Google Play Store, dan memiliki mesin pencari paling populer di dunia, Google memiliki kendali besar atas ekosistem digital. Namun, bagaimana mereka menggunakan data pengguna ini menimbulkan kekhawatiran tentang privasi.
Penelitian ini menemukan bahwa perangkat Android menyimpan dan mengirim berbagai jenis pengenal ke server Google, bahkan sebelum pengguna membuka aplikasi Google atau masuk ke akun mereka. Beberapa jenis pelacakan yang teridentifikasi meliputi:
- Cookie analitik periklanan – digunakan untuk melacak aktivitas pengguna.
- Cookie pelacakan – memungkinkan Google mengidentifikasi perangkat pengguna.
- Google Android ID – pengenal unik yang dibuat saat perangkat pertama kali terhubung ke layanan Google.
- Cookie analitik untuk pengujian A/B – digunakan untuk eksperimen dan pengujian fitur oleh Google.
- Berbagai cookie dan pengenal lainnya – dapat mengidentifikasi perangkat secara unik.
Yang lebih mengkhawatirkan, tidak ada opsi bagi pengguna untuk memberikan atau menolak izin atas pengumpulan data ini. Ironisnya, salah satu cookie yang digunakan Google, yaitu DSID cookie, diklaim berfungsi untuk memastikan bahwa preferensi personalisasi iklan pengguna dihormati oleh pihak ketiga. Namun, pada kenyataannya, cookie ini sendiri bertindak sebagai alat pelacakan yang tidak diumumkan kepada pengguna.
Peneliti juga menemukan bahwa pengguna memiliki sedikit kendali atas data yang disimpan oleh aplikasi di perangkat Android mereka. Meskipun pengguna dapat menghapus data aplikasi melalui menu Settings, ini hanya akan menghapus seluruh data aplikasi, bukan secara spesifik menghapus cookie atau pengenal tertentu seperti yang bisa dilakukan di peramban web.
Lebih lanjut, Google Android ID menjadi masalah tersendiri. ID ini dibuat begitu perangkat pertama kali terhubung ke Google Play Services dan Google Play Store. Setelah pengguna masuk ke akun Google mereka, Google Android ID langsung dikaitkan dengan akun tersebut, yang kemungkinan besar menjadikannya sebagai informasi yang dapat diidentifikasi secara pribadi (PII).
Yang lebih mengkhawatirkan, keluar dari akun Google tidak akan menghapus pengenal ini. Satu-satunya cara untuk menghapus Google Android ID sepenuhnya adalah dengan melakukan factory reset pada perangkat.
Saat diminta tanggapannya, juru bicara Google mengatakan bahwa temuan penelitian ini hanya menyoroti berbagai teknologi dan alat yang digunakan Google untuk memberikan layanan yang bermanfaat bagi pengguna.
Namun, banyak pihak menilai bahwa Google seharusnya lebih transparan dalam menginformasikan bagaimana mereka melacak pengguna dan mengumpulkan data mereka. Kurangnya opsi untuk memberikan atau menolak izin membuat pengguna tidak memiliki kendali atas privasi mereka.
Google sendiri sebelumnya juga diketahui menginstal layanan tersembunyi di perangkat Android dengan dalih keamanan dan kenyamanan pengguna. Namun, alangkah lebih baik jika Google lebih terbuka dalam menginformasikan tentang fitur-fitur ini, sehingga pengguna dapat memutuskan sendiri apakah mereka ingin menggunakannya atau tidak.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan privasi digital, pengguna Android mungkin perlu lebih berhati-hati dan mencari cara alternatif untuk melindungi data mereka dari pelacakan yang tidak diinginkan.
AW / Malwarebyte