Oleh: Fadmin Malau
Belajar dari Belanda Menanam Pohon Pelindung di Tepi Jalan Kota Medan Agar Tidak Tumbang. Judul tulisan ini terasa sinisme karena untuk menanam pohon di tepi jalan di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) harus belajar dari Belanda.
Pasalnya pada Jum’at petang 24 Oktober 2024 lalu di Jalan Putri Hijau Medan simpang Glugur sebuah pohon Mahoni besar di tepi jalan tumbang ke ruas jalan sehingga menimpa kendaraan roda empat dan roda dua serta menimbulkan korban orang yang ada di ruas jalan itu.
Biasanya pohon di tepi jalan di Kota Medan tumbang jika hujan dan angin berhembus kuat akan tetapi pada Jum’at petang itu tidak ada hujan dan tidak ada angin berhembus kuat namun pohon Mahoni besar di tepi jalan itu tiba-tiba tumbang.
Mengapa bisa tumbang ya? Pohon pelindung tumbah sudah acapkali di tepi jalan Kota Medan, sedikit saja angin berhembus ketika hujan turun maka banyak pohon pelindung di tepi jalan Kota Medan tumbang. Namun, hebatnya tidak ada hujan dan angin berhembus pohon pelindung di tepi jalan Kota Medan juga tumbang.
Pohon tumbang jika usia pohon sudah sangat tua, tetapi pohon yang tumbang itu belum tua dan bukan pula ditumbangkan, tumbang dengan sendirinya. Bila pohon itu usianya belum tua dan tumbang, tentu ada yang salah dengan lingkungan tempat pohon tersebut tumbuh. Ada masalah dengan lingkungan tumbuhnya pohon, bukan salah pada pohon tersebut sebab jika pohon itu bisa ngomong pasti dia tidak akan bohong mengatakan dirinya tidak ingin tumbang.
Bila lingkungan tempat pohon itu tumbuh yang salah maka orang yang menanam pohon itu tidak memberikan lingkungan yang tepat untuk pohon itu bisa tumbuh dan berkembang secara baik dan tidak tumbang.
Kembali kepada judul tulisan ini, “Belajar dari Belanda Menanam Pohon Pelindung di Tepi Jalan Kota Medan Agar Tidak Tumbang”. Mengapa harus dari Belanda? Pasalnya dahulu Belanda menanam pohon pohon pelindung di tepi jalan di Kota Medan, termasuk di sekeliling Lapangan Merdeka Medan.
Pohon yang ditanam Belanda itu tumbuh dan berkembang dengan baik serta tidak tumbang meskipun hujan deras dan angin berhembus kuat. Mengapa bisa begitu? Jawabnya sederhana. Belanda tidak menanam pohon di atas trotoar. Belanda menanam pohon sesuai dengan lingkungan dimana pohon bisa tumbuh dan berkembang.
Bisa dilihat ketika Belanda menanam pohon pelindung di tepi jalan di kota Medan dan juga di Lapangan Merdeka Medan. Pohon ditanam tidak di atas trotoar akan tetapi pohon pelindung ditanam di tepi parit yang terbuka. Belanda membuat parit terbuka di tepi jalan, kemudian setelah parit terbuka ditanam pohon pelindung, setelah itu disamping pohon pelindung itu dibangun trotoar.
Sebuah jalan dibangun Belanda di tepi jalan kiri dan kanan digali parit terbuka, kemudian ditanam pohon disisi parit, baru kemudian disisinya lagi dibangun trotoar dan setelah itu dibuat ruas jalan. Artinya pohon pelindung itu memiliki lahan tumbuh tersendiri dan trotoar tersendiri serta parit terbuka tersendiri. Tata lingkungan seperti itu membuat pohon pelindung tumbuh dan berkembang dengan baik dan tidak mudah tumbang karena pertumbuhan akar pohon sempurna. Bila hari hujan akar pohon menyerap air dengan sempurna dan sisanya baru disalurkan ke parit yang terbuka sehingga parit tidak cepat penuh dan meluap. Bila air di parit tidak meluap maka ruas jalan tidak tergenang air membuat kendaraan aman dan nyaman melintasi ruas jalan.
Hal yang sama dilakukan Belanda ketika menanam pohon di sekeliling alun alun atau lapangan seperti Lapangan Merdeka Medan. Sekeliling lapangan digali parit terbuka, baru kemudian ditanam pohon sekeliling lapangan itu seiring dengan parit yang mengelilingi lapangan. Tata tanaman pohon seperti itu pohon akan tumbuh dan berkembang dengan baik dan bila hujan lapangan atau alun alun itu tidak tergenang air dan yang lebih penting lagi pohon akan tumbah dan berkembang sesuai dengan usia pohon seperti Pohon Trambesi yang ditanam di Lapangan Merdeka Medan bisa berusia 300 tahun.
Pertanyaannya pohon pohon pelindung yang ditanam di tepi jalan di Kota Medan sekarang ini tata laksana penanamannya tidak lagi seperti yang dilakukan Belanda menanam pohon di tepi jalan di Kota Medan. Kini pohon pelindung ditanam di atas trotoar, hanya pangkal pohon saja yang terlihat sedangkan disekelilingnya adalah trotoar dengan kondisi disemen semuanya, tidak ada lahan yang terbuka maka akhirnya pohon tumbang. Nah, jangan salahkan hujan, jangan salahkan angin dan jangan salahkan pohonnya. Salahkan lingkungan tempat pohon itu tumbuh.@
***
Penulis adalah Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup Pimpinn Daerah Muhammadiyah Kota Medan