Manila | EGINDO.co – Bank sentral Filipina memangkas suku bunga acuan untuk kelima kalinya berturut-turut pada hari Kamis untuk mendorong pertumbuhan, menandakan siklus pelonggaran kebijakan moneter akan segera berakhir, dengan langkah selanjutnya akan terbatas dan bergantung pada data.
Bank Sentral Filipina (Bangko Sentral ng Pilipinas) menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi level terendah tiga tahun di angka 4,5 persen, sesuai dengan ekspektasi dari semua kecuali satu dari 27 ekonom dalam jajak pendapat Reuters.
Pemangkasan suku bunga, yang telah diisyaratkan oleh Gubernur bank sentral Eli Remolona, terjadi di tengah skandal korupsi terkait proyek infrastruktur yang membayangi prospek pertumbuhan negara Asia Tenggara tersebut.
Kontroversi tersebut telah melibatkan pejabat pekerjaan umum, senator, dan anggota kongres, memicu protes nasional dan membatasi pengeluaran infrastruktur.
“Pemangkasan ini akan sedikit menghidupkan kembali aktivitas ekonomi pada saat isu tata kelola yang menyakitkan seputar investasi infrastruktur telah melemahkan pengeluaran pemerintah, kepercayaan bisnis, dan permintaan domestik,” kata Remolona dalam konferensi pers.
Ia menambahkan bahwa langkah tersebut tidak akan mengatasi skandal tersebut, tetapi dapat “mengkompensasi” dampaknya terhadap sentimen investor.
Remolona mengatakan bahwa kekhawatiran pertumbuhan sekarang lebih besar daripada risiko harga, dengan inflasi yang terkendali.
Inflasi rata-rata 1,6 persen pada tahun 2025, di bawah kisaran target bank sentral sebesar 2 persen-4 persen untuk tahun tersebut. Diperkirakan akan mencapai 3,2 persen pada tahun 2026 sebelum turun menjadi 3,0 persen pada tahun 2027.
“Ekonomi tentu membutuhkan dukungan,” kata Capital Economics dalam catatan risetnya. “Kami masih mengharapkan dua penurunan suku bunga sebesar 25 bps lagi” untuk tahun 2026, katanya.
Bank sentral telah menurunkan suku bunga secara kumulatif sebesar 200 basis poin dalam siklus saat ini, dengan Remolona menyatakan keyakinannya bahwa kebijakan akomodatif akan mendukung pemulihan ekonomi tahun depan.
Remolona mengatakan pertumbuhan tahun ini kemungkinan melambat menjadi antara 4 persen dan 5 persen, di bawah target pemerintah sebesar 5,5 persen hingga 6,5 persen, dan lebih lambat dari ekspansi tahun sebelumnya sebesar 5,6 persen.
Sumber : CNA/SL