Bank Dunia: Pertumbuhan Produksi Padi Indonesia Kurang dari 1 Persen

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Carolyn Turk dalam IIRC 2024
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Carolyn Turk dalam IIRC 2024

Jakarta | EGINDO.co – Pertumbuhan produksi Padi di Indonesia ternyata kurang dari 1 persen. Hal itu diungkapkan Bank Dunia yang menyatakan pertumbahan produksi padi di Indonesia yang tidak lebih dari 1 persn pada setiap tahunnya.

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Carolyn Turk menilai dalam meningkatkan produktivitas pertanian, pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan belanja subisidi pupuk. Apalagi ada fakta terbatasnya anggaran pertanian.

Katanya, pengeluaran yang begitu besar untuk satu elemen saja, yaitu pupuk, akan mengesampingkan pengeluaran untuk hal-hal yang mendorong pertumbuhan produktivitas di sektor pertanian. Carolyn mengatakan itu pada dalam Indonesia International Rice Conference (IIRC), di Nusa Dua, Bali, yang berlangsung pada Jum’at (20/9/2024) lalu.

Baca Juga :  Bank Dunia Desak China Berperan Aktif Meringankan Utang

Menurut Carolyn ada banyak biaya lain di luar subsidi pupuk yang perlu dialokasikan dalam mendongkrak produksi padi dalam negeri. Diberikannya contoh misalnya investasi pemerintah dalam penelitian dan pengembangan serta penyuluhan pertanian. Menurutnya, alokasi anggaran pertanian untuk hal ini justru bisa menguntungkan dan memompa produksi padi petani.

Sementara itu sebagaimana banyak diberitakan bahwa pemberian subsidi pupuk memang kerap menjadi perhatian. Pasalnya anggaran untuk pupuk meningkat namun tidak bergaris lurus dengan produksi pertanian. Misalnya pada tahun 2024 ini total anggaran subsidi naik menjadi Rp 54 triliun setelah pemerintah menetapkan adanya tambahan volume dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton.

Ternyata dari apa yang dikatakan Bank Dunia, bahwa penambahan alokasi anggaran subsidi pupuk bukan solusi dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Ternyata permasalahan yang dihadapi sektor pertanian sangat kompleks, termasuk permasalahan benih, kredit untuk usaha tani, air dan lahan yang semakin terbatas, iklim-cuaca, keterpisahan antara pasar dengan petani dan lainnya.@

Baca Juga :  Singapura Berharap Jadi Investor Terbesar Bagi Indonesia

Bs/timEGINDO.co

Bagikan :
Scroll to Top