Tokyo | EGINDO.co – Badai Tropis Maria menerjang daratan di Jepang utara pada hari Senin (12 Agustus), setelah menumpahkan hujan paling banyak di beberapa daerah sejak pencatatan dimulai dan memaksa pembatalan puluhan penerbangan.
Maria mendarat sekitar pukul 8.30 pagi (7.30 pagi, waktu Singapura) di dekat kota Ofunato di prefektur Iwate, kata Badan Meteorologi Jepang.
Awalnya, badai ini dikategorikan sebagai “badai tropis yang parah”, satu tingkat di bawah topan, tetapi diturunkan menjadi “badai tropis” pada Senin sore karena kehilangan sebagian kekuatannya.
Tidak ada laporan tentang cedera atau kerusakan struktural yang parah, menurut pemerintah Prefektur Iwate.
Dua keluarga terjebak di dalam rumah mereka di kota terpencil karena sungai yang meluap, kata pemerintah Iwate.
Pemerintah kota di wilayah tersebut mengeluarkan imbauan dan peringatan evakuasi kepada sekitar 315.000 penduduk semalam, dan sekitar 2.000 orang bermalam di tempat penampungan lokal.
Badai tersebut mengakibatkan hujan 368 mm dalam 24 jam hingga Senin pagi di kota Kuji, curah hujan tertinggi sejak badan meteorologi mulai mencatatnya di sana pada tahun 1978.
Rata-rata curah hujan bulanan di wilayah tersebut pada bulan Agustus adalah 177,9 mm.
Kota tersebut juga mengeluarkan peringatan evakuasi mendesak kepada sekitar 8.300 penduduk yang tinggal di sepanjang sungai karena bendungan di dekatnya mulai melepaskan air secara terkendali untuk mencegah luapan.
“Penduduk di wilayah yang terkena dampak diimbau untuk waspada terhadap tanah longsor, sungai yang meluap dan banjir, serta banjir di daerah dataran rendah, serta hembusan angin kencang dan gelombang tinggi,” kata badan meteorologi tersebut.
Sekitar 300 rumah tangga di Iwate tidak mendapatkan aliran listrik pada Senin sore, menurut perusahaan listrik daerah Tohoku Electric Power.
Pada siang hari waktu setempat pada hari Senin, Maria bergerak di atas kota Hanamaki di Iwate, membawa hembusan angin berkecepatan hingga 108 km/jam dan bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan 20 km/jam, kata badan tersebut.
Hal ini telah memaksa pembatalan penerbangan ke wilayah utara. Japan Airlines mengatakan telah membatalkan 78 penerbangan domestik, yang berdampak pada 7.039 penumpang. Saingannya ANA membatalkan delapan penerbangan, kata penyiar nasional NHK.
Beberapa layanan kereta regional menghentikan layanannya, meskipun sistem kereta peluru tetap beroperasi seperti biasa.
Badai tersebut diperkirakan akan melintasi Jepang dan menuju Laut Jepang pada Senin malam.
Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim membuat cuaca ekstrem seperti hujan lebat dan badai tropis lebih sering terjadi dan lebih intens.
Sumber : CNA/SL