Jakarta | EGINDO.co – Asosiasi Massa Buruh dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta pemerintah untuk menindaklanjuti keluhan dari banyak masyarakat mengenai mahalnya biaya tes PCR di Indonesia.
Disebutkan dengan biaya PCR yang murah tentu akan sangat membantu masyarakat dan dinilai penting untuk meningkatkan testing dan mencegah penularan yang lebih tinggi di masyarakat sesuai dengan keinginan dari pemerintah menekan angkat Covid-19 di Indonesia.
Asosiasi Massa Buruh memberikan contoh bagaimana pekerja atau pengusaha sangat dirugikan jika ada kasus Covid-19 di tempat kerja dengan biaya sendiri atau perusahaan untuk lakukan PCR. Ditambahkan, belum lagi kalau setelah PCR ulang bisa beberapa kali untuk mengetahui Negatif dan positif.
Kini saja harga PCR paling murah Rp574 ribu, bisa mencapai Rp900 ribu, betapa sangat membebankan bagi buruh dan masyarakat, kata Wakil Sekjen DPP KSPSI Arnod Sihite kepada wartawan di Jakarta, kemarin.
Menurut Ketua Umum FSP PPMI KSPSI, di India saja biaya PCR hanya Rp 97 ribu atau 500 Rupee yang merupakan kebijakan negara. Di India bisa murah mengapa di Indonesia sangat mahal. Kalau Kemenkes, pemerintah mengatakan karena inpor, di India juga inpor.
Sementara itu Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) juga meminta pemerintah transparan soal penetapan biaya pokok tes PCR, termasuk keuntungannya. Harus transparan berapa sebenarnya biaya pokok tes PCR, berikut keuntungan yang wajar, termasuk untuk biaya tenaga medis dan lain-lain, kata Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi.
Untuk itu YLKI mendesak pemerintah melakukan audit harga dengan tujuan didapatkan harga yang transparan, akuntabel fair dan terjangkau oleh konsumen.@
Bs/TimEGINDO.co