AS Tunda Tarif 32 Persen untuk Indonesia, Negosiasi Berlanjut

TARIF RESIPROKAL - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan keterangan kepada media, di sela mendampingi kunjungan Presiden Prabowo Subianto di Brussel, Belgia.
TARIF RESIPROKAL - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan keterangan kepada media, di sela mendampingi kunjungan Presiden Prabowo Subianto di Brussel, Belgia.

Brussel|EGINDO.co  Pemerintah Amerika Serikat resmi menangguhkan sementara pemberlakuan tarif resiprokal sebesar 32 persen terhadap produk Indonesia, menyusul proses negosiasi dagang yang tengah berlangsung antara kedua negara. Keputusan ini menjadi angin segar dalam hubungan perdagangan bilateral yang sempat menegang setelah pengumuman tarif tersebut oleh Presiden Donald Trump.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, keputusan penundaan tersebut merupakan hasil dari pertemuannya dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer pada Rabu (9/7) di Washington, D.C.

“Tambahan tarif 10 persen dari AS tidak berlaku bagi Indonesia, termasuk karena posisi kita di BRICS. Sementara tarif 32 persen yang diumumkan sebelumnya, saat ini masih ditangguhkan hingga perundingan kedua negara selesai,” ujar Airlangga, dalam pernyataan resmi dari Brussel yang dikutip melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (14/7).

Ia mengungkapkan, seluruh poin negosiasi yang diajukan oleh pemerintah Indonesia telah diterima oleh pihak AS dan kini memasuki tahapan pembahasan lanjutan. “Kesepakatan yang dicapai menjadi sinyal positif. Semua usulan Indonesia disetujui dan berproses menuju penyelesaian,” tambahnya.

Sebelumnya, Presiden Trump dalam surat resmi kepada Presiden Prabowo Subianto mengumumkan pemberlakuan tarif 32 persen terhadap sejumlah produk asal Indonesia, sebagai bagian dari kebijakan perdagangan luar negeri yang lebih agresif.

Namun, seperti dilansir Bloomberg, Indonesia dinilai sebagai mitra strategis AS di kawasan Indo-Pasifik, terutama dalam hal stabilitas rantai pasok global. Oleh karena itu, pendekatan negosiasi menjadi pilihan yang lebih konstruktif dibanding kebijakan tarif sepihak.

The Jakarta Post juga melaporkan bahwa Indonesia tengah berupaya memperluas akses pasar ke AS sambil menjaga keseimbangan hubungan dagang melalui diplomasi ekonomi yang aktif, termasuk dengan mengedepankan kerja sama energi, manufaktur, dan ekonomi hijau.

Dengan adanya penundaan ini, pemerintah Indonesia berharap jalan dialog tetap terbuka, dan hasil akhir dari perundingan akan memperkuat kemitraan ekonomi yang saling menguntungkan di tengah dinamika global yang kompleks.

Sumber: Tribunnews.com/Sn

Scroll to Top