Jakarta|EGINDO.co Amerika Serikat menerima lebih dari 50 permintaan dari negara-negara mitra dagang untuk melakukan negosiasi terkait kebijakan tarif impornya. Informasi ini disampaikan langsung oleh Gedung Putih, menyusul banyaknya negara yang menyampaikan keberatan dan ingin berdialog dengan pemerintahan Presiden AS.
“Saya menerima laporan dari Perwakilan Dagang AS tadi malam bahwa lebih dari 50 negara telah menjalin komunikasi dengan Presiden kita untuk membahas kemungkinan negosiasi,” ujar Ketua Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Kevin Hassett, dalam wawancara program This Week, Minggu (6/4/2025).
Hassett menyebut, meskipun banyak negara menunjukkan ketidaksenangan dan berniat melakukan pembalasan, mereka tetap memilih untuk duduk di meja perundingan. Ia menilai hal tersebut menunjukkan bahwa negara-negara tersebut menyadari besarnya beban tarif yang harus mereka tanggung.
“Mereka melakukan itu karena memahami situasinya. Mereka terkena dampak tarif yang sangat besar,” tambahnya.
Hassett juga menyampaikan pandangannya bahwa kebijakan tarif tidak akan menimbulkan dampak signifikan terhadap konsumen Amerika Serikat. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh pasokan dari negara-negara mitra yang tidak elastis, sehingga AS terus mengalami defisit perdagangan dalam jangka panjang.
Namun, pandangan berbeda disampaikan oleh mantan Menteri Keuangan AS, Lawrence Summers. Ia mengkritik kebijakan tarif tersebut dan menilai bahwa penerapan tarif impor justru merugikan perekonomian secara keseluruhan.
“Tarif impor akan menyebabkan kenaikan harga barang dan memicu inflasi. Akibatnya, daya beli masyarakat menurun dan lapangan kerja menjadi berkurang,” jelas Summers. Ia pun memperingatkan bahwa kondisi tersebut bisa berujung pada krisis ekonomi yang membahayakan.
Sumber: rri.co.id/Sn