AS Tangguhkan Vaksin Chikungunya Ixchiq akibat Efek Samping Yang ‘Serius’

AS Tangguhkan Vaksin Chikungunya Ixchiq
AS Tangguhkan Vaksin Chikungunya Ixchiq

Paris | EGINDO.co – Otoritas kesehatan AS telah menangguhkan lisensi vaksin Ixchiq untuk melawan virus chikungunya menyusul laporan “efek samping serius”, ungkap produsen obat asal Prancis tersebut pada Senin (25 Agustus).

Ixchiq adalah salah satu dari hanya dua vaksin yang disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) untuk virus yang disebarkan oleh nyamuk ini, yang sebagian besar ditemukan di wilayah tropis dan subtropis tetapi baru-baru ini ditemukan di berbagai negara di seluruh dunia.

Perusahaan Prancis, Valneva, memperoleh persetujuan AS untuk vaksin ini pada tahun 2023, tetapi laporan efek samping telah mendorong peninjauan, khususnya atas penggunaannya pada pasien lanjut usia, termasuk oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Eropa (EMA) tahun ini.

“Penangguhan lisensi berlaku segera,” kata Valneva mengenai perintah FDA yang dikeluarkan pada hari Jumat, menyebutkan empat kasus tambahan efek samping serius, tiga di antaranya melibatkan orang berusia 70 hingga 82 tahun.

“Selagi kami menentukan langkah-langkah potensial selanjutnya, dan seiring ancaman chikungunya yang nyata terus meningkat secara global, Valneva tetap berkomitmen penuh untuk mempertahankan akses terhadap vaksin kami sebagai alat kesehatan global,” kata CEO Thomas Lingelbach dalam sebuah pernyataan.

Para pakar kesehatan masyarakat mengatakan chikungunya bisa menjadi ancaman pandemi potensial di masa depan karena perubahan iklim mendorong nyamuk penyebarnya ke wilayah baru.

Gejalanya mirip dengan demam berdarah dan virus Zika, dengan demam tinggi dan nyeri sendi parah yang seringkali melemahkan dan durasinya bervariasi.

Chikungunya jarang berakibat fatal, meskipun ada peningkatan risiko kematian pada bayi dan lansia.

Pada bulan Juli, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan risiko epidemi chikungunya yang besar, dan menyerukan tindakan segera.

Badan tersebut mengatakan mereka mendeteksi tanda-tanda peringatan dini yang sama seperti wabah besar dua dekade lalu, yang melanda Samudra Hindia sebelum menyebar secara global dan memengaruhi hampir setengah juta orang.

Sejauh ini tahun ini, Eropa telah mengalami 27 wabah chikungunya, sebuah rekor baru untuk benua tersebut, menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) bulan ini.

Sumber : CNA/SL

Scroll to Top