Manila | EGINDO.co – Pasukan pertahanan Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan Filipina akan melakukan “aktivitas kerja sama maritim” pada 7 April untuk mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, kata negara-negara tersebut pada Sabtu (6 April), di tengah meningkatnya ketegasan Tiongkok di kawasan jalan air.
Latihan maritim satu hari itu akan melibatkan kegiatan komunikasi dan manuver petugas jaga di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Manila di Laut Cina Selatan, kata juru bicara Kementerian Pertahanan Filipina Arsenio Andolong kepada wartawan.
Iklan
Kapal tempur pesisir USS Mobile, fregat Australia HMAS Warramunga dan kapal perusak Jepang JS Akebono akan bergabung dengan dua kapal perang Filipina, kata Andolong.
“Mereka akan bergerak dari selatan menuju utara meliputi batas komando barat dan utara,” ujarnya.
Kegiatan tersebut akan memperkuat interoperabilitas doktrin, taktik, teknik dan prosedur angkatan bersenjata kedua negara, demikian bunyi pernyataan bersama tersebut.
Keempat negara tersebut telah menegaskan kembali posisi mereka bahwa Putusan Pengadilan Arbitrase Laut Cina Selatan tahun 2016 bersifat final dan mengikat secara hukum.
Kegiatan maritim tersebut berlangsung beberapa hari sebelum pertemuan puncak antara para pemimpin Jepang, Amerika Serikat dan Filipina, yang akan mencakup diskusi mengenai insiden baru-baru ini di Laut Cina Selatan.
Sejak mengambil alih kekuasaan pada tahun 2022, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr telah mengupayakan hubungan yang lebih hangat dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya serta mengambil tindakan tegas terhadap apa yang ia lihat sebagai permusuhan Tiongkok, dan menjauhi sikap pendahulunya yang pro-Beijing.
Filipina dan Tiongkok beberapa kali terlibat perselisihan maritim pada bulan lalu yang mencakup penggunaan meriam air dan perdebatan sengit, serta telah memicu kekhawatiran mengenai peningkatan konflik di laut.
Kedutaan Besar Tiongkok di Manila tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Beijing mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut Cina Selatan, yang membuat marah negara-negara tetangga yang mempermasalahkan beberapa perbatasan yang menurut mereka memotong zona ekonomi eksklusif mereka.
Brunei, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam saling bersaing mengklaim kedaulatan di sebagian Laut Cina Selatan, jalur yang dilalui barang senilai US$3 triliun setiap tahunnya.
Sumber : CNA/SL