Jakarta | EGINDO.co – Asia Pulp & Paper (APP) Sinarmas dan Kementrian Kehutanan (Kemenhut) Republik Indonesia menjalin kerjasama mengembangkan spesies pohon langka  yakni pohon Ramin. Berdasarkan data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2018, spesies Ramin (Gonystylus bancanus) diproyeksikan akan terancam punah akibat eksploitasi berlebihan untuk tujuan komersil, penebangan hutan yang tidak berkelanjutan, degradasi habitat, serta alih fungsi hutan. Hal itu tercatat penurunan tajam populasi pohan Ramin di Indonesia yang penyebarannya kini meninggalkan sisa-sisa populasi yang terfragmentasi.
Menjawab tantangan tersebut, Asia Pulp & Paper (APP) Sinarmas dan Balai Besar Penelitian Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BBPBPTH-KLHK) bekerjasama dalam mengembangkan pusat sumber daya genetik spesies Ramin untuk mendukung upaya konservasi spesies Ramin yang masih tersisa. Kemitraan tersebut merupakan inisiatif konservasi Ramin pertama oleh sektor swasta di Indonesia.
Untuk mendukung penelitian budidaya Ramin, APP Sinarmas membangun fasilitas pembibitan khusus di wilayah PT Arara Abadi di Riau, dengan kapasitas 65.000 bibit. Lokasi konservasi tersebut terletak pada lahan gambut dengan permukaan air dangkal yang dianggap ideal untuk pertumbuhan semai Ramin. Selain membangun fasilitas pembibitan, tim APP Sinarmas dan BBPBPTH-KLHK mengumpulkan sekitar 12.300 sampel Ramin liar dari 4 populasi alam; Cagar Biosfer Giam Siak Kecil di Riau, Ketapang di Kalimantan Barat, Palangkaraya dan Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah serta dari kawasan hutan produksi di pesisir timur di Jambi.
Chief Sustainability Officer APP Sinarmas Elim Sritaba, menjelaskan usaha konservasi Ramin merupakan bagian penting dari Kebijakan Konservasi Hutan (FCP) yang dimiliki APP Sinarmas.
Dikatakannya, pihaknya telah melakukan analisis genetik populasi anakan Ramin untuk memahami struktur genetik dan hubungan antara berbagai populasi Ramin yang telah terkumpul. Melalui upaya tersebut, populasi yang terkumpul selama program konservasi cukup untuk mewakili populasi alami Ramin di Sumatera dan Kalimantan. LIPI dan CFBTI telah mengakui bahwa koleksi genetika Ramin yang dimiliki R&D APP Sinarmas merupakan koleksi terlengkap di Indonesia, bahkan melebihi koleksi kedua organisasi tersebut. Lebih lanjut, materi genetik Ramin di R&D APP Sinarmas dianggap murni, yang berarti tidak ada campuran diantara populasi Ramin yang berbeda.@
Bs/fd/TimEGINDO.co
Â