Pekanbaru, | EGINDO.co – Perusahaan industri kehutanan APP Sinar Mas menyatakan telah memberikan pendampingan kepada 7.000 kepala keluarga di 142 desa di Provinsi Riau sejak 2016 hingga 2018 untuk mengubah kebiasaan masyarakat membuka lahan dengan dibakar, guna mencegah kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla.
“Sistem penanggulangan kebakaran hutan secara terintegrasi yang dilakukan oleh perusahaan juga melibatkan peran serta masyarakat. Melalui program DMPA (Desa Makmur Peduli Api), kami mengedukasi masyarakat di sekitar area konsesi perusahaan agar tidak lagi membuka lahan dengan cara dibakar,” kata Penanggungjawab Program DMPA APP-SMF Region Riau, Joss Renaldy di Pekanbaru.
Ia menjelaskan, melalui program DMPA Masyarakat didukung untuk mengelola lahan dengan metode agroforestri, yakni bercocok tanam hortikultura, tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan olahan makanan untuk konsumsi sendiri atau dijual. Sejak tahun 2016-2018, kegiatan DMPA yang dilakukan unit bisnis APP Sinar Mas di Riau melakukan pendampingan di 142 desa di wilayah Kabupaten Siak, Bengkalis, Rokan Hulu, Indragiri Hilir, Dumai, Bengkalis dan Pekanbaru. “Tahun ini, perusahaan juga berencana menjangkau 47 lokasi DMPA baru, sehingga ditargetkan total DMPA di Riau akan berada di 189 lokasi,” ujarnya.
Selain itu, melalui satu unit forestry APP Sinar Mas di Riau, yakni PT Arara Abadi, menerapkan sejumlah strategi untuk mendukung Pemprov Riau mencegah Karhutla. Fire Operation Management Head PT Arara Abadi, Deny Widjaya, mengatakan bahwa untuk menghadapi musim kemarau 2019, perusahaan melakukan evaluasi dari kegiatan pemadaman di tahun-tahun sebelumnya. Pembelajaran tersebut kemudian diaplikasikan ke dalam sistem manajemen penanggulangan kebakaran hutan terintegrasi, yang terdiri dari empat pilar utama yakni pencegahan, persiapan, deteksi dini, dan respons cepat.
“Di tahap pencegahan, kami menyusun peta area rawan kebakaran, membentuk satgas anti kebakaran, membentuk pos pantau terpadu, serta sosialisasi kepada masyarakat melalui pemasangan papan informasi, penyebaran booklet, dan program Desa Makmur Peduli Api atau DMPA,” kata Denny.
Untuk tahap persiapan, perusahaan menyiagakan 862 orang regu pemadam kebakaran (RPK), 505 personel masyarakat peduli api (MPA), dan peralatan di antaranya 46 unit speedboat, 5 unit airboat, 24 drone, 4 unit helikopter water-bombing serta berbagai fasilitas lainnya.
Di tahap deteksi dini, perusahaan melakukan patroli di darat, air, dan udara untuk melakukan pemantauan api melalui 32 unit kamera thermal & CCTV serta 43 menara api yang tersebar di beberapa wilayah. Penggunaan teknologi juga dilakukan melalui sistem monitoring titik panas melalui citra satelit yang langsung tersambung ke situation room.
Menurut dia, situation room bekerja 24 jam setiap harinya untuk memantau titik panas. Setiap ada perubahan titik panas yang tidak biasa, tim disiagakan untuk melakukan pengecekan di lapangan dalam waktu kurang dari 24 jam. “Jika terbukti sebagai titik api, perusahaan langsung mengirimkan tim dari dispatch center terdekat sebagai langkah respons cepat,” katanya.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) luas Karhutla di Indonesia yang terjadi hingga tanggal 17 Juli 2019 mencapai 42.740,42 hektare (Ha). Kebakaran dilaporkan terjadi di 24 provinsi, dan paling luas di Riau yakni mencapai 27.683,47 Ha. Riau juga tercatat sebagai daerah dengan jumlah titik panas terbanyak selama 2019, yakni sebanyak 2.960 titik. Pemprov Riau sudah menetapkan status siaga darurat Karhutla sejak tanggal 19 Februari hingga 31 Oktober 2019.@
TimEGINDO.co