Jakarta | EGINDO.com – Asia Pulp and Paper (APP) Group merefleksikan visi yang lebih luas tentang konservasi dimana konservasi harus bekerja sama dengan bisnis, bukan melawannya sehingga dapat melindungi habitat multspesies.
Hal itu dikatakan Jasmine Natalia Prihartini Doloksaribu dari Asia Pulp and Paper (APP) Group tentang APP Group merefleksikan visi yang lebih luas tentang konservasi dalam siaran pers APP Group yang dilansir EGINDO.com pada Selasa (22/7/2025). “Begitulah cara kita melindungi habitat multispesies dengan menyelaraskan keberlanjutan dengan penciptaan nilai,” katanya.
Jasmine Natalia Prihartini Doloksaribu mengatakan adanya forum Platform Kolaborasi Bukit Tigapuluh (PKBT) merupakan jembatan yang menghubungkan kearifan lokal, kerangka hukum, dan tanggung jawab perusahaan. “Kedepannya, PKBT bertujuan untuk memperkuat perannya sebagai model tata kelola hutan yang inklusif tempat masyarakat sipil, bisnis, dan pemerintah bersama-sama menciptakan solusi yang memelihara ekosistem dan memberi manfaat bagi semua,” katanya.
Sementara itu kabut pagi menyelimuti area PT Wirakarya Sakti (WKS) Distrik VIII saat tim kecil berangkat untuk berpatroli di Koridor Satwa Liar Datuk Gedang. Rombongan dipimpin oleh Nurfajri Indra dari Forum PKBT, diikuti oleh Sanderson Yohanes Siagian, Environment Compliance Officer WKS dan beberapa perwakilan dari perusahaan mitra.
Mengutip siaran pers APP Group Sinarmas menyebutkan patroli gabungan merupakan kegiatan bulanan yang diadakan oleh Platform Kolaborasi Bukit Tigapuluh (PKBT), sebuah forum diskusi multipihak dalam upaya menyelamatkan kawasan hutan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar Bukit Tigapuluh. Misinya melindungi zona penyangga, mata rantai vital koridor gajah Sumatera dari penebangan liar, perambahan lahan, dan kebakaran hutan, serta memperkuat koeksistensi dengan gajah.
Prihandini Tria Okta Viani, Stakeholder Engagement Specialist untuk PKBT mengatakan kolaborasi penting, tetapi bukan tanpa tantangan. “Ini adalah upaya bersama untuk memastikan manfaat konservasi bagi semua dengan pengambilan keputusan yang inklusif dan suara warga setempat tetap menjadi inti dari setiap langkah,” katanya.
Dijelaskannya patroli bergerak secara metodis melalui jalur hutan, pada beberapa kios masyarakat yang terletak di dekat koridor satwa liar, mereka berhenti untuk berbicara dengan penduduk setempat, membagikan brosur dan memasang poster berjudul “Hidup Berdampingan dengan Gajah” dimana patroli merupakan bagian dari visi jangka panjang. “Kami tidak hanya mencegah kegiatan ilegal, kami membangun kepercayaan, membangun koeksistensi, dan menciptakan ruang untuk dialog antara para pemangku kepentingan, termasuk masyarakat Orang Rimba dan Talang Mamak,” katanya.@
rel/app/timEGINDO.com