Apakah Masih Perduli Akan Benda-Benda Purbakala di Barus, Milik Kita?

Syafriwal El Pasisi
Syafriwal El Pasisi

Oleh: Syafriwal El Pasisi

SALAH satu bukti sebuah tempat mempunyai nilai sejarah adalah adanya benda-benda purbakala di daerah tersebut. Bukti yang pastinya tidak akan terbantahkan bahwa daerah tersebut dahulu disatu waktu pernah jadi bagian bersejarah. Bangunan piramida di Mesir contohnya, bangunan ini membuktikan bahwa disatu waktu atau zaman pernah begitu maju ilmu arsitekturnya dan itu bisa kita saksikan sekarang yang masih membuat turis terkagum-kagum dan sulit membayangkan bagaimana material piramid itu didatangkan kesitu karena beratnya yang luar biasa!

Lalu kita juga masih terkagum-kagum membaca tentang sejarah Barus yang katanya se-zaman pula dengan masa Fir’aun Mesir karena dalam penelitian mummy para Fir’aun ini dibalsem salah satu bahannya adalah kapur barus. Hypotesa ini masih terus dibuktikan dan membuat Barus jadi pembicaraan para peneliti berbagai sejarawan.

Baca Juga :  Komitmen AS terhadap Israel, Ukraina, Indo-Pasifik dalam pidato Biden
Artefak yang disimpan di Barus akan dibawa BRIN ke Cibinong

Selain kapur barus, Barus juga memiliki bukti lain yaitu begitu banyaknya makam-makam tua bertebaran disekitar Barus yang saat ini selain dikunjungi para wisatawan, juga para peneliti dari berbagai disiplin ilmu mengenai hal-hal lain di Barus.

Untuk membuktikan Barus memang sebuah bandar tua dunia, sekelompok ilmuan pada 1995, melakukan sebuah program penelitian arkeologi menggali situs Lobu Tua. Program ini merupakan kerja sama antara Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan École française d’Extrême-Orient. Penggalian ini (1995-1999) menghasilkan banyak temuan: tembikar dari Asia Selatan, keramik Cina, tembikar asal Timur Tengah, kendi dengan bahan halus, tembikar “lokal”, kaca, manik-manik, logam, mata uang dan emas, batu dan batu bata.

Jauh sebelumnya di desa ini pada tahun 1873 ditemukan Prasati Lobu Tua, sebuah prasasti berbahasa Tamil dari tahun 1088 Masehi. Prasasti ini berangka tahun Saka 1010 atau 1088 Masehi. Prasasti ini dilaporkan dalam Madras Epigraphy Report tahun 1891-1892 oleh E. Hultzsch, ahli epigrafi Inggris di India.

Baca Juga :  Honda Investasi US$ 808 juta di Brasil pada tahun 2030

Saat ini, 7/8 bagian prasasti tersimpan di Museum Nasional dan 1/8 bagian lainnya masih berada di Lobu Tua. Begitu juga Nisan Asli yang berada di Kompleks Makam Mahligai di Desa Aek Dakka, Kecamatan Barus, salah satu nisan dalam kompleks makam ini berangka tahun 48 Hijriyah atau 661 Masehi..Nisan asli tersebut kini disimpan juga di Museum Nasional Jakarta.

Begitu pentingnya keberadaan benda-benda bersejarah ini tetap ada di tempatnya semula, agar pembuktian sejarah daerah itu bisa dipertahankan sekaligus mendatangkan wisatawan dan mengangkat ekonomi daerah setempat.

Jadi betapa kagetnya kita pada hari Kamis, 6 Juni 2024 ada berita artefak yang disimpan di Barus akan dibawa BRIN ke Cibinong untuk proses pemindahan spesimen dan barang pendukung koleksi pada tanggal 3 sampai dengan 13 Juni 2024.

Baca Juga :  Ketegangan Taiwan Dengan China Terburuk Dalam Empat Dekade

Untungnya ada Eswandi Pasaribu salah seorang Pengurus Yayasan Museum Barus Raya sedang berada di Barus bersama-sama dengan para elemen masyarskat Barus lainnya mencegah pemindahan artefak tersebut. Para elemen masyarskat Barus berkoordinasi dengan Polsek Barus dan Camat Barus tentang akan dibawa artepak yang disimpan di Barus itu ke Cibinong oleh aparat BRIN.

Betapa ruginya kita nantinya bila semua artefak yang digali tim Prancis dan Arkenas itu sempat pindah tempat, karena sejarahnya tidak ternilai lagi saat ini. Harusnya kita peduli dan itu telah dibuktikan para elemenmasyarakat Barus yang ada di Barus.@

***

Bagikan :
Scroll to Top