Jakarta|EGINDO.co Dunia siber tengah menghadapi ancaman baru yang semakin nyata: AI agent . Agen-agen kecerdasan buatan ini, yang awalnya dirancang untuk membantu manusia dengan tugas-tugas kompleks seperti menjadwalkan pertemuan atau memesan barang, kini berpotensi menjadi alat ampuh bagi pelaku kejahatan siber. Mereka dapat mencari target rentan, meretas sistem, dan mencuri data tanpa campur tangan manusia.
Menurut para ahli, agen AI jauh lebih cerdas dibanding bot tradisional. Mereka mampu beradaptasi dengan situasi tak terduga dan menghindari deteksi—kemampuan yang sulit ditandingi oleh program otomatis biasa. “Kita akan hidup di dunia di mana mayoritas serangan siber dilakukan oleh agen,” kata Mark Stockley dari Malwarebytes. Bahkan, ransomware—serangan paling menguntungkan saat ini—bisa ditingkatkan skalanya secara drastis jika menggunakan agen AI.
Untuk mengantisipasi ancaman ini, Palisade Research telah meluncurkan proyek bernama LLM Agent Honeypot . Mereka menyediakan server rentan yang menyerupai situs pemerintah dan militer untuk memancing agen AI yang mencoba meretas. Sejak Oktober 2023, sistem ini telah mencatat lebih dari 11 juta upaya akses , termasuk dua agen AI yang dikonfirmasi berasal dari Hong Kong dan Singapura.
Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa agen AI mampu mengeksploitasi hingga 13% kerentanan tanpa pengetahuan sebelumnya , dan angka ini meningkat menjadi 25% jika mereka diberikan deskripsi singkat tentang celah keamanan. Meskipun agen AI masih dalam tahap awal, para ahli memperingatkan bahwa ledakan penggunaan kriminal bisa terjadi kapan saja.
Chris Betz dari Amazon Web Services menekankan bahwa AI adalah “akselerator” teknik serangan lama, bukan revolusi total. Namun, pendekatan Palisade Research dipuji sebagai langkah brilian untuk mendeteksi ancaman ini sebelum terlambat.
Apakah kita siap menghadapi era peretasan otonom? Waktu akan menjawab. Tapi satu hal pasti: ancaman ini sudah ada di depan mata.
AW / Technology Review