Alasan Beli Properti Di Metaverse. Investasi Atau Judi ?

Ilustrasi : Kementerian Keuangan memastikan insentif pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah (DTP) atau nol persen untuk sektor properti diperpanjang hingga Desember 2021.
Ilustrasi : Kementerian Keuangan memastikan insentif pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah (DTP) atau nol persen untuk sektor properti diperpanjang hingga Desember 2021.

Jakarta | EGINDO.co Membeli “tanah” berbentuk properti virtual di metaverse belakangan ini marak. Hal ini memicu pro dan kontra. Sebagian yakin, bahwa metaverse adalah masa depan.

Sebagian yang masih skeptis menganggap metaverse saat ini masih dalam tahap yang awal sehingga membeli properti virtual dianggap sebagai “judi” dibandingkan investasi.

Lalu apa alasan orang-orang masih mau membeli aset digital di Metaverse ?

1. Perusahaan Besar Bergabung di Meta Perusahaan seperti Nike dan Adidas sudah menyatakan siap masuk ke metaverse. Nike memastikan bahwa sneakers mereka tidak hanya bisa dibeli secara nyata, tapi juga di vunia virtual. Beberapa merek fashion juga mulai menguji produk kolaborasi di metaverse. Gucci, sudah menjual versi metaverse dari tas edisi terbatas mereka di Roblox. Harga awalnya USD1.20-USD9 tapi kemudian dijual lagi seharaga USD4.100. Artinya, jual beli NFT di metaverse sudah terjadi, dan semakin membesar.

Baca Juga :  Rusia Tambahkan Meta Ke Daftar Grup Teroris Dan Ekstremis

2. Pengembang Beli Tanah di Metaverse
Pengembang real estate virtual seperti Republic Realm membuat rekor dengan membeli tanah seharga USD4,3 juta di platform metaverse The Sandbox. Sebelumnya, Tokens.com juga membeli tanah seharga USD2,5 juta di Decentraland. Apa gunanya? Mereka berharap nantinya tanah tersebut akan disewa untuk dijadikan mal virtual atau properti lainnya.

3. Properti di Metaverse Bukan Hal Baru Kendati metaverse baru populer belum lama ini, tapi properti di metaverse sendiri bukan hal baru. Ailin Graef, bergabung di game 3D Second Life dan menghabiskan dua tahun untuk membangun tanah virtual serta mengembangkan avatar disana. Ailin Graef memiliki banyak server yang berisi tanah virtual yang disewakan. Ia bahkan membuat studio sendiri, dan memperkerjakan 80 karyawan untuk mengatur tanah-tanah virtualnya. Dirilis pada 2003, saat ini Second Life memiliki omzet USD600 juta. USD80 juta diantaranya diberikan kepada kreator di game tersebut.

Baca Juga :  Tim Penyelamat Jepang Kejar Waktu, Lebih Dari 100 Hilang

Dengan ketiga alasan ini, bagi sebagian orang sudah cukup meyakinkan untuk bergabung dalam Metaverse.

Bagaimana dengan anda ? Berminat untuk membeli properti di Metaverse ?

AW/Sindo

Bagikan :