Jakarta | EGINDO.co – Akhir tahun, harga minyak goreng, cabai, telur mengalami kenaikan harga yang dinilai tidak wajar.
Hal itu diakui Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) dan tidak menduga terjadinya kenaikan harga pangan yang relatif panjang dan tinggi terjadi di akhir tahun 2021.
Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan mengatakan, dalam catatan IKAPPI menjelang perpindahan tahun 2021 – 2022 beberapa komoditas di luar dugaan mengalami kenaikan yang tidak wajar dan baru pertama kali ini terjadi.
Katanya ada tiga komoditas yang harganya naik tidak wajar yakni minyak goreng, cabai rawit merah dan telur. “Jelas masyarakat kaget karena tiga komoditas yang sangat penting bagi masyarakat dan wajar para emak-emak mengalami kesulitan,” katanya dalam siaran persnya, kemarin.
Dijelaskannya, pertama minyak goreng, minyak goreng mengalami kenaikan yang cukup fantastis yang belum pernah terjadi dan minyak goreng karena CPO dunia tinggi maka harga minyak goreng curah dan kemasan cukup tinggi.
Untuk itu, IKAPPI berharap pemerintah mengantisipasi dan melakukan upaya lanjutan sehingga tahun 2022 minyak goreng segera bisa turun harganya.
Kedua, cabai rawit merah menurutnya ada dua faktor yang membuat harga cukup tinggi yang pertama karena cuaca dan karena permintaan tinggi yang berakibat permintaan dan penawaran di pasar yang tidak seimbang.
IKAPPI berharap ke depan ada grand design pangan, berupa strategi pangan untuk cabai rawit merah agar wilayah-wilayah produksi cabai rawit merah bisa diperbanya agar bisa diselesaikan persoalan tersebut sehingga tidak selalu tinggi harganya setiap tahun.
Kemudian ketiga telur ayam yang biasanya dibanderol Rp 23.000 – 24.000 per kilogram, namun saat ini tembus di angka Rp 30.000 per kg. IKAPPI berharap agar harga telur bisa diantisipasi dengan strategi dan desain produksi telur dan peternakan ayam yang baik ke depan.
IKAPPI dengan tegas mengatakan dari tiga catatan itu pihaknya memberikan rapor merah kepada Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian dan meminta agar pemerintah menjaga harga pangan tidak tinggi dan masyarakat atau konsumen tidak kesulitan mendapatkan pangan.@
Rel/TimEGINDO.co