New Delhi | EGINDO.co – Otoritas di ibu kota India, Delhi, memberlakukan langkah-langkah ketat pada hari Rabu (17 Desember) dalam upaya untuk mengurangi polusi, termasuk larangan kendaraan yang tidak sesuai dengan standar pengendalian emisi terbaru dan pengaturan kehadiran di kantor swasta dan pemerintah.
Indeks kualitas udara (AQI) di wilayah Delhi, rumah bagi 30 juta orang, telah berada dalam kategori “parah” selama beberapa hari terakhir, seringkali melampaui angka 450. Selain itu, kabut tipis di beberapa bagian kota memperburuk jarak pandang yang berdampak pada penerbangan dan kereta api.
Hal ini mendorong Komisi Manajemen Kualitas Udara untuk memberlakukan tahap empat, tingkat tertinggi, dari Rencana Aksi Respons Bertahap untuk Delhi dan sekitarnya pada hari Sabtu.
Pembatasan tersebut melarang masuknya truk diesel tua ke kota, menangguhkan konstruksi, termasuk proyek-proyek publik, dan memberlakukan sistem sekolah hibrida.
Kapil Mishra, seorang menteri di pemerintahan daerah, mengumumkan pada hari Rabu bahwa semua kantor swasta dan pemerintah di kota akan beroperasi dengan kehadiran 50 persen, dengan sisanya bekerja dari rumah.
Selain itu, semua pekerja konstruksi terdaftar, banyak di antaranya berpenghasilan harian, akan diberikan kompensasi sebesar 10.000 rupee (US$110) karena larangan tersebut, kata Mishra dalam konferensi pers di Delhi.
Pada hari Selasa, pemerintah memberlakukan langkah-langkah anti-polusi yang ketat untuk kendaraan di kota tersebut, melarang kendaraan yang tidak sesuai dengan standar pengendalian emisi terbaru.
“Pemerintah kami berkomitmen untuk menyediakan udara bersih di Delhi. Kami akan mengambil langkah-langkah tegas untuk memastikan hal ini dalam beberapa hari mendatang,” kata Menteri Lingkungan Hidup Delhi, Manjinder Singh Sirsa, pada Selasa malam.
Polusi adalah masalah tahunan di musim dingin di Delhi dan sekitarnya, ketika udara dingin dan padat memerangkap emisi dari kendaraan, lokasi konstruksi, dan pembakaran tanaman di negara bagian tetangga, mendorong tingkat polusi menjadi salah satu yang tertinggi di dunia dan membuat penduduk terpapar risiko pernapasan yang parah.
Daerah tersebut, yang dihuni oleh 30 juta orang, tertutup lapisan kabut tebal dengan AQI mencapai angka tinggi 450. Angka di bawah 50 dianggap baik.
Sumber : CNA/SL