Inflasi Thailand Kembali Negatif; Banjir Diperkirakan Tekan Pertumbuhan

Inflasi Thailand negatif
Inflasi Thailand negatif

Bangkok | EGINDO.co – Laju inflasi tahunan Thailand tercatat negatif selama delapan bulan pada bulan November, didorong oleh penurunan harga energi dan langkah-langkah dukungan pemerintah. Namun, Kementerian Perdagangan mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka memperkirakan harga konsumen akan sedikit naik tahun depan.

Indeks harga konsumen (IHK) turun 0,49 persen pada bulan November dibandingkan tahun sebelumnya, menyusul penurunan sebesar 0,76 persen pada bulan Oktober. Kementerian mengatakan bahwa mereka memperkirakan inflasi untuk tahun 2025 akan berada di antara negatif 0,15 persen dan negatif 0,2 persen, pembacaan negatif pertama dalam setahun penuh dalam lima tahun.

Indeks IHK inti naik 0,66 persen secara tahunan pada bulan November. Kementerian sebelumnya telah mengatakan bahwa pembacaan IHK negatif bukanlah sinyal deflasi mengingat IHK inti masih positif.

Harga-harga dapat mulai naik tahun depan, ketika laju inflasi diperkirakan berada di kisaran 0 persen hingga 1 persen, ujar Nantapong Chiralerspong, kepala Kantor Kebijakan dan Strategi Perdagangan, dalam konferensi pers.

“Harga produk pertanian masih naik, yang dapat mengakibatkan inflasi positif pada kuartal pertama tahun depan,” ujarnya.

Selama 11 bulan pertama tahun 2025, rata-rata tingkat inflasi tahunan negatif 0,12 persen, sementara IHK inti naik 0,86 persen, kata kementerian, seraya menambahkan IHK diperkirakan akan turun lagi pada bulan Desember.

Banjir Akan Mengganggu Pertumbuhan

Secara terpisah, sebuah kelompok bisnis terkemuka mengatakan meskipun mereka memperkirakan ekonomi akan tumbuh 2 persen tahun ini, didorong oleh lonjakan ekspor sebesar 10 persen, mereka melihat tantangan yang dihadapi industri termasuk baht yang kuat, tarif AS, dan persaingan dari impor.

“Daya saing ekspor kita sedang menghadapi masalah, dan itu (baht) sangat berdampak pada pariwisata. Sejumlah besar wisatawan telah menghilang,” ujar Kriengkrai Thiennukul, ketua Federasi Industri Thailand, kepada para wartawan.

Baht telah menguat 7,6 persen terhadap dolar sepanjang tahun ini, menjadikannya mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia, dan Kriengkrai mengatakan hal itu memengaruhi ekspor dan pariwisata.

Nantapong dari Kementerian Keuangan mengatakan bahwa dampak banjir parah di beberapa wilayah selatan negara itu terhadap inflasi hanya akan kecil, sementara FTI mengatakan bencana tersebut akan memangkas pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan.

Kelompok industri tersebut memperkirakan kerugian pendapatan sebesar 20 miliar hingga 30 miliar baht ($630 juta hingga $940 juta) bulan ini, setara dengan 0,1 persen hingga 0,2 persen dari PDB, dengan kerugian lebih lanjut sekitar 90 miliar baht diperkirakan terjadi pada tahun 2026. Kerusakan akibat banjir akan membutuhkan perbaikan dan rehabilitasi ekstensif yang diperkirakan mencapai ratusan miliar baht, katanya.

Para ekonom memperkirakan bank sentral akan memangkas suku bunga pada tinjauan kebijakan pada 17 Desember, setelah Bank of Thailand mempertahankan suku bunga acuannya di 1,50 persen pada bulan Oktober. November merupakan bulan kesembilan berturut-turut inflasi berada di bawah kisaran target bank sentral, yaitu 1 persen hingga 3 persen.

Pada hari Senin, Gubernur Bank of Thailand, Vitai Ratanakorn, mengatakan ia melihat ruang untuk menurunkan suku bunga, tetapi menambahkan bahwa langkah tersebut hanya berdampak terbatas pada perekonomian yang menghadapi masalah struktural.

Sumber ; CNA/SL

Scroll to Top