Bangkok | EGINDO.co – Thailand menuntut permintaan maaf dari Kamboja setelah menuduhnya memasang ranjau darat baru yang melukai tentara Thailand, kata seorang pejabat Kementerian Luar Negeri pada Rabu (12 November), sehari setelah Bangkok menangguhkan pakta gencatan senjata yang ditengahi oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Kamboja membantah tuduhan bahwa mereka telah memasang ranjau baru, termasuk satu ranjau yang meledak pada hari Senin dan melukai seorang tentara Thailand saat berpatroli di sepanjang perbatasan yang disengketakan antara kedua negara, yang memicu kembali ketegangan setelah konflik lima hari pada bulan Juli.
Pertempuran berakhir setelah Trump melakukan panggilan telepon kepada para pemimpin Thailand dan Kamboja, yang juga memimpin penandatanganan perjanjian gencatan senjata yang ditingkatkan di Malaysia bulan lalu.
Setidaknya 48 orang tewas dan diperkirakan 300.000 orang mengungsi sementara selama bentrokan tersebut, yang diwarnai saling tembak roket, artileri berat, dan serangan udara.
“Kami ingin pihak Kamboja menyampaikan permintaan maaf,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura, kepada para wartawan.
“Kami meminta mereka untuk mencari fakta tentang apa yang terjadi dan siapa yang bertanggung jawab, dan dengan itu, meminta mereka untuk mengambil langkah-langkah guna mencegah terulangnya situasi serupa di masa mendatang.”
Seorang juru bicara pemerintah Kamboja menolak berkomentar mengenai tuntutan Thailand.
Pada hari Selasa, Kementerian Pertahanan Kamboja membantah telah memasang ranjau darat baru dan mengatakan pihaknya berkomitmen untuk bekerja sama dengan Bangkok sesuai dengan kesepakatan.
Ledakan ranjau darat di sepanjang wilayah perbatasan yang disengketakan merupakan salah satu pemicu bentrokan perbatasan, dengan setidaknya tujuh tentara Thailand mengalami luka parah dalam insiden terkait ranjau yang sama sejak 16 Juli.
Beberapa ranjau ini kemungkinan baru saja dipasang, Reuters melaporkan, berdasarkan analisis ahli terhadap materi yang dibagikan oleh militer Thailand.
Selama lebih dari satu abad, kedua negara tetangga di Asia Tenggara ini telah memperebutkan kedaulatan atas titik-titik yang tidak dibatasi di sepanjang perbatasan darat mereka sepanjang 817 km, yang pertama kali dipetakan pada tahun 1907 oleh Prancis ketika Prancis memerintah Kamboja sebagai koloni.
Sumber : CNA/SL