Jakarta|EGINDO.co Rupiah membuka perdagangan pada Senin ini dalam tekanan melemah, tercatat turun sekitar 0,07 % ke posisi Rp16.582 per dolar AS. Di waktu bersamaan, indeks dolar Amerika Serikat terpantau turun tipis sebesar 0,06 % ke level 98,92.
Di kawasan Asia, pergerakan mata uang relatif terpecah: yen Jepang melemah sekitar 0,46 %, dolar Taiwan turun 0,13 %, dan won Korea melemah 0,04 %. Sebaliknya, dolar Hong Kong menguat 0,04 %, dolar Singapura naik 0,07 %, peso Filipina menguat 0,16 %, rupee India naik 0,11 %, serta yuan China naik 0,07 %. Sementara itu, ringgit Malaysia cenderung stabil dan baht Thailand menguat sebesar 0,24 %.
Menurut pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi, rupiah diperkirakan akan mengalami dinamika fluktuatif sepanjang hari, namun berpotensi menguat pada penutupan di kisaran Rp16.520–Rp16.570 per dolar AS.
Dari sisi global, dolar AS sempat mengalami pemulihan dari posisi tertekan di awal perdagangan. Investor mulai meyakini bahwa pihak Washington akan berusaha meredam eskalasi perang dagang terbaru dengan Beijing. Reuters melaporkan bahwa beberapa pihak melihat bahwa kebijakan tarif ketat yang dilancarkan sebelumnya oleh Presiden Donald Trump telah menekan nilai dolar AS, meskipun belum sepenuhnya menghapus statusnya sebagai mata uang cadangan dunia.Reuters+1
Tim Kelleher, Head of Institutional FX Sales di Commonwealth Bank, mengungkapkan bahwa kondisi pasar kini sangat rentan terhadap tekanan eksternal dan berita geopolitik. Ia menyebut bahwa komentar-komentar dari mantan Presiden Trump yang menyatakan keinginannya agar Amerika Serikat “membantu, bukan menyakiti” China, turut memunculkan ketidakpastian. Selain itu, likuiditas pasar diperkirakan menurun karena Amerika Serikat tengah memperingati Hari Columbus (Columbus Day), sehingga aktivitas perdagangan global kemungkinan berjalan lebih lembat.
Catatan tambahan:
– Di tengah pelemahan rupiah sebelumnya, Bank Indonesia pernah melakukan intervensi di pasar valuta asing dan surat utang untuk menstabilkan nilai tukar.
– Pemerintah Indonesia juga sempat mempertimbangkan insentif agar masyarakat menyimpan dolar AS dalam pasar keuangan domestik, dengan tujuan memperkuat cadangan devisa dan mendukung stabilitas rupiah.
Sumber: Bisnis.com/Sn