MABMI Tetapkan Yusril Ihza Mahendra sebagai Ketua Dewan Penasihat

Ketua Dewan Penasihat Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (PB MABMI)
Ketua Dewan Penasihat Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (PB MABMI)

Medan | EGINDO.com – Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (PB MABMI) menetapkan Prof. DR Yusril Ihza Mahendra SH M.Sc sebagai Ketua Dewan Penasihat. Surat Keputusan penetapan disampaikan langsung Ketua Umum PB MABMI Prof DR OK Saidin SH Mhum di Jakarta, pada Jumat (26/9/2025) yang dihadiri Sekjen PB MABMI DR Milhan Yusuf, Ketua MABMI Datuk Adil Freddy Haberham dan Asro Kamal Rokan.

Yusril dilahirkan di Manggar, Belitung Timur, pada 5 Februari 1956, menerima baik penetapan tersebut. Putra Melayu Belitung yang gemar mengenakan Teluk Belanga pada acara-acara keagamaan dan resmi tersebut, kini dipercaya sebagai Menteri Koordinator Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Imigrasi, dan Pemasyarakatan Indonesia dalam Kabinet Presiden Prabowo Subianto.

Sementara itu pada jajaran Dewan Penasehat PB MABMI priode 2023-2028 terdapat sejumlah anggota, antara lain DR Musa Rajeksah, DR Rahmat Shah, dan Prof DR Mohammad Hatta. Dewan Pakar dipimpin Prof DR Djoharuddin Husin. Sebelum menyerahkan Surat Keputusan, Ketua Umum PB MABMI Prof OK Saidin menjelaskan latar belakang kelahiran MABMI di Medan pada Juni 1971 lalu di Istana Maimoon, Medan.

Para pendirinya Sultan Deli, Tuanku Azmi Perkasa Alam, Sultan Serdang Tengku Abu Nawar Sinar, Jenderal Achmat Tahir, Jenderal Raja Sjahnan, Prof. Bahauddin Darus, OK. Salamuddin, Prof. Amin Ridwan, Prof. Amrin Fauzie, dan sejumlah tokoh Melayu lainnya.

Para tokoh Melayu tersebut, menurut OK Saidin, berupaya mengembalikan harkat dan martabat puak Melayu Sumatera Timur yang hancur setelah tragedi kemanusiaan pada 1946. Saat itu, tragedi yang dikenal dengan sebutan Revolusi Sosial tersebut, para bangsawan Melayu dibunuh komunis, istana-istana dibakar, dan kesultanan Melayu diantaranya Kesultanan Deli, Langkat, Serdang, Asahan pun lenyap. Salah seorang korban kebiadaban komunis adalah Tengku Amir Hamzah, tokoh Pujangga Baru dan sastrawan besar Indonesia asal Kesultanan Langkat.

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini juga menjadi saksi penggalian kuburan massal sekitar 70 korban pembantaian keluarga Kesultanan Asahan di Sungai Dadap, Kabupaten Asahan, April 2018 lalu. Menurut OK Saidin, dari kerangka-kerangka yang ditemukan di sumur tua tersebut, ditemukan lobang peluru di bagian kepala korban.

Selain pembataian massal keluarga Kesultanan di Sumatera Timur tersebut, juga pembakaran sejumlah istana, dan perampasan tanah-tanah milik Kesultanan, yang hingga kini dikuasai perkebunan BUMN. Soal sejarah pembantaian, OK Saidin menyebutkan, PB MABMI akan menulis buku sejarah dengan mengumpulkan sejumlah bukti-bukti.@

Rel/fd/tiEGINDO.com

Scroll to Top