Hanoi | EGINDO.co – Perdana Menteri Vietnam mengatakan Hanoi sedang mengupayakan kesepakatan perdagangan baru tahun ini untuk mengurangi dampak tarif yang dikenakan Amerika Serikat, pasar terbesarnya, terhadap barang-barangnya.
Pernyataan itu muncul beberapa hari setelah perkiraan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) menunjukkan bahwa bea masuk AS berisiko memangkas hingga seperlima ekspor Vietnam ke AS, menjadikannya negara yang paling terdampak di Asia Tenggara.
Ekspor “akan menghadapi kesulitan dan tantangan … akibat persaingan strategis, konflik, dan kebijakan tarif ‘timbal balik’ AS,” kata Perdana Menteri Pham Minh Chinh dalam sebuah pernyataan yang diunggah di situs web pemerintah pada hari Rabu.
Ia memperkirakan ekspor akan tumbuh lebih dari 12 persen tahun ini. Ekspor Vietnam hingga 15 September naik 15,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi US$325,3 miliar, menurut data pemerintah.
Untuk mengimbangi dampak bea masuk AS, Vietnam menargetkan penandatanganan perjanjian perdagangan bebas dengan blok perdagangan Mercosur Amerika Latin dan negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) pada akhir tahun ini, ujar Chinh.
Ia juga menegaskan kembali bahwa Vietnam akan melanjutkan negosiasi perdagangan dengan AS, setelah pemerintahan Trump mengenakan tarif sebesar 20 persen terhadap sebagian besar barang Vietnam yang dikirim ke negara tersebut.
Chinh juga menginstruksikan para pejabat untuk terus menindak barang-barang impor yang mungkin melanggar hak cipta internasional dan yang mungkin bermasalah dengan asal-usulnya, menurut pernyataan tersebut.
Kedua isu tersebut telah berulang kali diangkat oleh para pejabat AS sebagai kekhawatiran utama dalam hubungan mereka dengan Vietnam.
Gedung Putih juga telah mengenakan tarif sebesar 40 persen terhadap barang-barang yang dianggap diangkut melalui Vietnam.
Hal itu dapat berdampak besar jika Washington memutuskan untuk menetapkan batasan ketat terhadap komponen asing yang digunakan dalam barang ekspor, mengingat barang-barang Vietnam sangat bergantung pada komponen Tiongkok.
Sumber : CNA/SL