Hari Ulos Nasional Tergusur Event Wisata Trail, Pemkab Samosir Dinilai Abai Budaya Batak

Ulos
Ulos

Medan | EGINDO.com – Para pecinta Ulos kecewa berat terhadap langkah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Samosir yang tetap menggelar Trail of The Kings-Lake Toba by UTMB pada 17 hingga 19 Oktober 2025. Masalahnya, tanggal 17 Oktober bukan hari biasa bagi masyarakat Batak, melainkan Hari Ulos Nasional, sebuah momentum budaya yang dianggap sakral dan layak dirayakan bersama pengrajin, pecinta ulos, dan seluruh masyarakat.

Kekecewaan itu disampaikan tokoh pecinta budaya ulos, Efendy Naibaho, pada Jumat (12/9/2025) kemarin kepada EGINDO.com. “Padahal kami sudah berkali-kali meminta kepada Pemkab Samosir melalui Kadis Pariwisata Samosir agar Hari Ulos dirayakan setiap 17 Oktober sebagai budaya kearifan lokal orang Batak,” tegas Efendy.

Menurutnya, ulos bukan sekadar kain adat, melainkan napas kehidupan orang Batak sejak lahir hingga akhir hayat, sekaligus sumber nafkah ribuan pengrajin. “Orang Batak dari lahir sampai mati disarungkan ulos dan Ulos juga mata pencaharian para Ibu-Ibu orang Batak dan merupakan bagian UMKM, kenapa sih Pemkab Samosir sepertinya enggan merayakan khusus Hari Ulos setiap 17 Oktober?,” ujarnya dengan nada heran.

Nada serupa dilontarkan Kyan Ulos boru Sitanggang, pecinta sekaligus pengrajin ulos. Ia menilai Pemkab Samosir justru menyingkirkan kepentingan budaya demi event pariwisata. “Kita menyayangkan bila Pemkab Samosir lebih memprioritaskan kegiatan lain pada tanggal 17 Oktober, pada hari Ulos adalah hari yang ditunggu tunggu dan terpatri dari masyarakat Batak khususnya pecinta budaya,” ungkapnya.

Kyan bahkan mengingatkan bahwa aktivis ulos sudah berjuang sampai ke Istana Negara agar 17 Oktober ditetapkan sebagai Hari Ulos Nasional. “Kita berharap Pemkab Samosir dan seluruh Pemkab di kawasan Danau Toba untuk merayakan hari Ulos walaupun sederhana, dan bila adapun event lainnya di hari yang sama, kalau boleh dirayakan lah dulu hari Ulos baru event lainnya,” pintanya.

Sementara itu, pemerhati budaya ulos, Sepwan Sinaga, mendesak agar Pemkab Samosir serius menggaungkan Hari Ulos. “Bila perlu sampai seragam bahan ulos, edukasi ulos yang benar jangan karna komersil atau jangan mengatakan kreasi itu sebagai keaslian,” katanya.

Ia juga menekankan pentingnya penghargaan kepada para penenun tradisional dan menjaga kemurnian teknik ulos warisan leluhur. “Karena Ulos itu warisan tak benda, jadi pengetahuannya harus dikembalikan bukan dimodifikasi supaya betul-betul di Samosir lah ruang lingkupnya dan ekosistem seluruhnya, bila perlu suatu saat kita memintal benang kita kembali dari kapas,” pungkas Sepwan.

Di sisi lain, Bupati Samosir Vandiko Timotius Gultom justru menegaskan kesiapan penuh menyambut event internasional itu. “Kita sudah menyiapkan side event antara lain lomba Solu Bolon, Bazar Kuliner, Fashion Show, Hiburan dari artis lokal maupun nasional dan lainnya, agar lebih menarik dan memikat sehingga pengunjung lebih lama tinggal di Samosir,” ujar Vandiko dalam rapat koordinasi persiapan di Kantor Gubernur Sumut, Kamis (11/9/2025) lalu.

Ia menyebut Marathon Trail Of The Kings akan menjadi “era dan sejarah baru di Sumatera Utara.”

Kontroversi ini pun memunculkan pertanyaan serius, Apakah Pemkab Samosir terlalu sibuk mengejar gemerlap pariwisata hingga melupakan akar budaya? “Di satu sisi, event internasional diyakini mendatangkan wisatawan dan devisa. Namun di sisi lain, ulos sebagai identitas orang Batak terancam tersisih di tanah kelahirannya sendiri,” tutup Efendy Naibaho.@

Rel/timEGINDO.com

Scroll to Top