Rupiah Dibuka Menguat ke Rp16.455 per Dolar AS, Pasar Tetap Waspada Sentimen Global dan Politik Domestik

ilustrasi
ilustrasi

Jakarta|EGINDO.co  Nilai tukar rupiah mengawali perdagangan hari ini dengan penguatan tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah naik 0,16% atau 26,5 poin ke level Rp16.455 per dolar AS pada Rabu (10/9/2025). Di saat yang sama, indeks dolar AS terpantau menguat tipis 0,01% ke posisi 97,8.

Penguatan rupiah sejalan dengan beberapa mata uang Asia lain, seperti yen Jepang yang terapresiasi 0,05%, dolar Hong Kong 0,02%, won Korea Selatan 0,01%, dan rupee India 0,17%. Namun, sebagian lainnya justru melemah, termasuk dolar Taiwan (-0,08%), dolar Singapura (-0,02%), peso Filipina (-0,26%), yuan China (-0,04%), ringgit Malaysia (-0,18%), dan baht Thailand (-0,06%).

Sehari sebelumnya, Selasa (9/9/2025), rupiah justru tertekan cukup dalam dengan pelemahan 1,05% atau 172 poin ke Rp16.481,50 per dolar AS. Pengamat valas PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menilai rupiah hari ini akan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah di kisaran Rp16.480–Rp16.540 per dolar AS.

Dari eksternal, pasar masih menyoroti pelemahan pasar tenaga kerja AS, di mana data nonfarm payrolls Agustus menunjukkan hampir tidak ada lapangan kerja baru yang tercipta. Inflasi AS untuk periode yang sama juga menjadi perhatian karena diperkirakan meningkat setelah tarif impor baru Presiden Donald Trump mulai berlaku. Pasar kini memperhitungkan peluang 89,4% pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada FOMC pekan depan.

Selain itu, ketidakpastian politik di Eropa dan Asia menambah tekanan. Perdana Menteri Prancis Francois Bayrou mengundurkan diri setelah kalah mosi tidak percaya di parlemen, sementara Jepang juga menghadapi gejolak politik usai pengunduran diri PM Shigeru Ishiba. Di sisi lain, tensi geopolitik meningkat menyusul prospek sanksi baru AS terhadap Rusia setelah serangan Moskow ke Ukraina. Kondisi tersebut mendorong permintaan aset lindung nilai seperti emas.

Dari dalam negeri, keputusan Presiden Prabowo Subianto mencopot Sri Mulyani Indrawati dari jabatan Menteri Keuangan menimbulkan kecemasan di kalangan investor terkait arah kebijakan fiskal Indonesia. Mengutip laporan Kontan, langkah itu memicu capital outflow dari pasar obligasi pemerintah, sejalan dengan meningkatnya kewaspadaan investor asing. Bank Indonesia pun menegaskan akan tetap melakukan intervensi ganda untuk menjaga stabilitas rupiah.

Sumber: Bisnis.com/Sn

 

Scroll to Top