Rusia dan China Semakin Dekat Capai Kesepakatan Pipa Gas Baru

Kesepakatan Pipa Gas China -Rusia
Kesepakatan Pipa Gas China -Rusia

Beijing | EGINDO.co – Rusia mengatakan pada Selasa (2 September) bahwa mereka telah menandatangani perjanjian yang mengikat secara hukum dengan Tiongkok untuk membangun pipa gas lintas batas baru, upaya terbaru kedua sekutu untuk mempererat hubungan ekonomi dan energi.

Nota kesepahaman untuk pipa Power of Siberia 2 ditandatangani saat kunjungan kenegaraan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Tiongkok, ungkap Kremlin.

Meskipun dipuji sebagai terobosan dalam negosiasi yang telah berlangsung lama, kesepakatan ini belum definitif, dengan detail penting seperti harga yang masih harus ditentukan.

Power of Siberia 2

Pipa yang diusulkan akan melintasi Mongolia dan mampu memasok 50 miliar meter kubik gas per tahun, menurut media pemerintah Rusia.

“Hari ini, sebuah langkah yang sangat penting telah diambil untuk lebih memperkuat dan mengembangkan kemitraan strategis kami, guna meningkatkan pasokan energi bersih – gas alam – yang andal ke Tiongkok,” ujar CEO Gazprom, Alexei Miller.

Gazprom dan China National Petroleum Corporation juga sepakat untuk meningkatkan pengiriman sebesar 15 persen melalui jaringan pipa Power of Siberia yang sudah ada, lapor kantor berita Rusia Interfax.

Jalan Hidup Bagi Rusia

Tiongkok dan India telah menjadi pembeli minyak dan gas Rusia terbesar sejak perang Moskow di Ukraina memutuskan hubungan energi dengan Eropa. Aliran tersebut telah membantu mengimbangi biaya pengeluaran militer yang besar selama hampir empat tahun.

Memorandum untuk Power of Siberia 2 merupakan salah satu dari lebih dari dua lusin perjanjian yang ditandatangani antara Moskow dan Beijing selama kunjungan empat hari Putin, kata Kremlin.

Tekanan Perdagangan AS

Kesepakatan ini muncul ketika Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif baru kepada negara-negara yang terus membeli minyak Rusia.

Washington telah mengenakan bea tambahan atas barang-barang India atas pembelian New Delhi, tetapi sejauh ini belum memberikan sanksi kepada Beijing.

Sumber : CNA/SL

Scroll to Top