Jakarta|EGINDO.co Harga emas dunia di pasar spot mengalami fluktuasi pagi ini setelah pekan lalu meroket ke zona hijau. Pada pukul 08.09 WIB, harga emas spot berada pada posisi Rp 3.440,02 per troy ounce, turun sebesar 0,23% dari pembukaan perdagangan.
Namun, dalam waktu singkat, pada 08.52 WIB, harga emas kembali rebound tipis sebesar 0,07%, menyentuh US$ 3.450,38 per troy ounce, menurut data Bloomberg.
Fenomena ini terjadi di tengah gejolak ketidakpastian politis dan ekonomi di Amerika Serikat—termasuk langkah kontroversial Presiden Trump yang berupaya memecat Gubernur The Fed Lisa Cook, yang menimbulkan kekhawatiran akan tergesernya independensi bank sentral. Situasi ini mendorong aliran modal ke logam mulia sebagai aset safe-haven.
Analis makro dari Buffalo Bayou Commodities, Frank Monkam, menyebut bahwa ketidakpastian geopolitik, ditambah aksi akumulasi emas oleh beberapa bank sentral di dunia, semakin mendorong permintaan terhadap logam kuning.
Sementara itu, data ekonomi AS terbaru menunjukkan bahwa inflasi masih cukup tinggi—dalam hal ini indeks harga yang menjadi acuan The Fed tetap jauh di atas ambang nyaman. Namun di sisi lain, konsumsi publik terus meningkat, dengan belanja konsumen pada Juli mencapai puncaknya dalam empat bulan terakhir. Kondisi ini semakin memicu spekulasi bahwa bank sentral AS akan menurunkan suku bunga pada bulan September.
-
Menurut Associated Press (AP), upaya Presiden Trump memecat Gubernur Fed Lisa Cook yang pertama kali terjadi dalam sejarah 112 tahun Fed, memicu kekhawatiran luas bahwa tindakan tersebut merusak kredibilitas dan otonomi bank sentral. Cook sendiri menyangkal tuduhan dan sedang melakukan gugatan hukum atas pemecatannya.
-
Dari Reuters, Senator James Lankford (Partai Republik) menekankan pentingnya menjaga The Fed tetap independen. Ia berbeda pandangan dengan Wakil Presiden JD Vance yang berpandangan bahwa pejabat terpilih perlu memiliki pengaruh lebih besar atas kebijakan moneter. Lankford menegaskan, efektivitas Fed justru terjaga saat beroperasi secara bebas dari tekanan politik.
Sumber: Bisnis.com/Sn