Pemerintah Siapkan Utang Rp749,2 Triliun di RAPBN 2026 untuk Jaga Stabilitas Fiskal

Ilustrasi
Ilustrasi

Jakarta|EGINDO.co  Pemerintah, melalui Kementerian Keuangan, merencanakan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp749,2 triliun dalam RAPBN 2026. Langkah ini merupakan sebagian dari total pembiayaan utang yang diproyeksikan mencapai Rp781,9 triliun.

Kementerian Keuangan menegaskan bahwa skema pembiayaan ini bertujuan untuk menjalankan dua fokus utama APBN 2026: meredam gejolak ekonomi sekaligus mendukung program pembangunan nasional. Dalam Nota Keuangan dan RAPBN Tahun Anggaran 2026 dinyatakan bahwa pengelolaan utang akan dilakukan secara hati-hati (prudent), akuntabel, dan terkendali, guna memastikan keberlanjutan fiskal.

Rincian Pembiayaan Utang: SBN Dominan, Pinjaman Menyusut

  • Porsi SBN menyumbang sekitar 95,8 % dari total pembiayaan utang Rp781,9 triliun. Jumlah ini meningkat sekitar 21,9 % dibanding outlook 2025 sebesar Rp585,1 triliun.

  • Pinjaman netto direncanakan hanya sebesar Rp32,7 triliun, turun drastis sekitar 74,9 % dari outlook 2025 yang mencapai Rp130,4 triliun. Rincinya, pinjaman dalam negeri neto negatif Rp6,5 triliun, sedangkan pinjaman luar negeri neto positif Rp39,2 triliun.

Lonjakan Penarikan Utang Terbesar Sejak Pandemi

Penarikan utang baru pada 2026 yang sebesar Rp781,86 triliun merupakan yang tertinggi sejak masa pandemi, melampaui realisasi pada 2023–2025, namun masih di bawah level puncak tahun 2021 yang mencapai Rp870,5 triliun.

Alokasi Anggaran dan Target Pendapatan

  • Target belanja negara mencapai Rp3.786,5 triliun, dengan pos terbesar dialokasikan untuk sektor pendidikan, yang tercatat sebagai rekor tertinggi yakni Rp757,8 triliun.

  • Sementara pendapatan negara dipatok sebesar Rp3.147,7 triliun, termasuk target penerimaan pajak sebesar Rp2.357,7 triliun (naik 13,5 % dari outlook 2025) dan penerimaan kepabeanan serta cukai senilai Rp334,3 triliun (naik 7,7 %).

Sasaran Kebijakan Utama

Metro TV News menambahkan bahwa utang dialokasikan untuk memperkuat peran APBN sebagai instrumen counter-cyclical, mendukung stabilitas dan pembangunan ekonomi di tengah tekanan global. Pemerintah akan memanfaatkan utang sebagai sarana mendukung pengembangan pasar keuangan domestik, sekaligus memperhatikan prinsip efisiensi, akselerasi, dan keseimbangan portofolio.

Sumber: Bisnis.com/Sn 

Scroll to Top