Medan | EGINDO.com – Teater Nasional (TeNa) Medan, aktifkan kaderisasi kembali memberikan kontribusi signifikan dalam perkembangan teater di Medan. Teater Nasional Medan yang akan berusia 62 tahun merupakan organisasi informal yang berdiri pada tanggal 28 oktober 1963. Organisasi yang digagas oleh Sori Siregar, Burhan Piliang, Mazwad Azham, Iskaq. S., dan Rusli Maha. Kelima orang itu dijuluki Pandawa Lima.
Adapun tujuan lembaga itu untuk menggiatkan kegiatan teater di Medan. Produksi perdana teater ini mementaskan naskah Taguan Hardjo yang berjudul “Garis Pisah”dipentaskan di Balai Prajurit Medan yang letaknya di belakang kantor Pos Medan, sekarang kantor Bank BCA.
Naskah yang pernah dipentaskan, yaitu (1) “Pangeran Diponegoro” karya Taguan Hardjo (1964) di Balai Polisi, Jalan Bali, (2) “Bahaya Tembakau”, (3) “Yuzuru” (1968) di Gedung Kesenian Medan, (4) “Rashomon” (1970), (5) “Mane” (1968) di Gedung Kesenian Medan, (6) “Mama Baba Wawa” (1969) di Gedung Kesenian Medan, (7) “Sedetik Bersama Tuhan” (1969), (8) “Aduh” (1974), (10) “Nyanyian Angsa” karya Anton Chekov (1973) di TVRI Medan, (11) “Rumah Musim Panas” karya Anton Chekov (1973), (12) “Pinangan, Nyanyian Angsa” (1976), (15) “Kandida Wanita Jelita Bernat Show” (1976), (18) “Oglok-Oglok” (1986), dan (19) “Raja Mati”karya Ioneco (1977).
Para anggota Teater Nasional Medan melakukan Pertemuan dan silaturahmi pada Sabtu, 9 Agustus 2025 lalu di GM Caffe Medan yang dihadiri Rosnani Lubis, Sri Wahyuni, Buyung Bizard, Fadmin Malau, Anto Doang Pasaribu, Muhammad Syahib dan Hajrul Sahjaya itu sebagai ungkapan rasa keinginan bertemu setelah lama tidak bertemu dalam gelora berkesenian teater.
Sebagaimana diketahui bahwa selama ini Teater Nasional Medan telah memberikan kontribusi signifikan dalam perkembangan teater di Medan, dengan mementaskan berbagai naskah klasik dan modern, serta menjadi wadah bagi para seniman teater.
Teater Nasional Medan juga telah berperan dalam mempopulerkan teater di kalangan masyarakat Medan dan sekitarnya. Dalam perjalanannya Teater Nasional Medan yang selain para pendiri telah tiada, telah meninggal dunia juga para sesepuh Teater Nasional Medan yang telah wafat yakni Darwis Rifai Harahap, Naswan Efendi, Lahmudin Mane, Dahri Uhum Nasution, Buyung Sabren, Adi Pala, Buoy Hardjo, Sirtoyono, Ardi Parmin, Burhan Folka, Hadi RA, Mahyudin Lubis, Yan Amarni Lubis dan Baharuddin Saputra.
Dalam pertemuan dan silaturahmi itu Buyung Bizard dan kawan kawan menghasilkan beberapa poin yang menjadi catatan penting bersama untuk Teater Nasional Medan kedepannya. Beberapa poin catatan penting itu disampaikan Buyung Bizard antara lain perlu aktif kembali di dunia perteateran Sumatera Utara dengn mengaktifkan kembali kaderisasi dan melakukan latihan naskah-nahkas pilihan dengan durasi 45 menit. Disamping itu juga perlu ada pertemuan pertemuan berkala dilakukan dan juga penting mengumpulkan dokumentasi Teater Nasional Medan serta menata kembali kepengurusan Teater Nasional Medan.@
Rel/timEGINDO.com