3 Tentara Thailand Terluka Akibat Ranjau Darat Di Dekat Perbatasan Kamboja

3 tentara Thailand terluka akibat ranjau darat Kamboja
3 tentara Thailand terluka akibat ranjau darat Kamboja

Bangkok | EGINDO.co – Tiga tentara Thailand terluka pada Sabtu (9 Agustus) akibat ledakan ranjau darat di dekat perbatasan kerajaan dengan Kamboja, dua hari setelah kedua negara bertemu di Kuala Lumpur untuk perundingan yang disebut “konstruktif dan positif”.

Ledakan tersebut menyebabkan pergelangan kaki kiri seorang tentara putus. Seorang tentara lainnya mengalami cedera pada lengan dan punggungnya, sementara tentara ketiga mengalami gegar otak dan gendang telinga pecah, menurut Pusat Operasi Wilayah Angkatan Darat Kedua Thailand, sebagaimana dilaporkan oleh sejumlah media berita Thailand.

Para prajurit dari Kompi Infanteri 111 sedang melakukan penyisiran keamanan untuk memasang kawat berduri di daerah perbatasan Don Ao-Krissana di provinsi Si Sa Ket ketika salah satu dari mereka memicu ranjau darat sekitar pukul 10.00 pagi.

Mereka dibawa ke rumah sakit setempat.

Thailand mengatakan insiden itu terjadi di wilayahnya yang baru saja dibersihkan dari ranjau darat. Kementerian Luar Negeri Thailand mengatakan Bangkok akan mengajukan pengaduan terhadap Kamboja karena melanggar perjanjian, yang keduanya telah menandatanganinya, yang melarang penggunaan ranjau darat dan melanggar kedaulatan Thailand.

Perjanjian tersebut mengacu pada Konvensi Ottawa – sebuah perjanjian internasional yang melarang ranjau darat anti-personel.

Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, menambahkan bahwa ia telah menerima laporan mengenai ledakan tersebut.

Ia mengatakan insiden itu terjadi di area yang sedang dibersihkan untuk membuat jalur sebagai bagian dari langkah-langkah keamanan guna mencegah penyeberangan ilegal, lapor kantor berita Bangkok Post.

Isu pembersihan ranjau akan dibahas pada pertemuan Komite Perbatasan Regional mendatang, ujarnya.

Kamboja menolak tuduhan Thailand, dengan mengatakan bahwa mereka tidak menanam ranjau darat baru.

Negara ini merupakan “negara pihak yang bangga” terhadap Konvensi Ottawa yang menentang ranjau darat dan telah membersihkan lebih dari satu juta ranjau sisa perang selama beberapa dekade, ungkap Otoritas Aksi Ranjau dan Bantuan Korban Kamboja dalam sebuah pernyataan pada Sabtu malam.

Ditambahkan bahwa tuduhan Thailand berisiko merusak semangat gencatan senjata.

Sebelumnya pada hari Sabtu, Maly Socheata, juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja, mengatakan situasi di sepanjang garis depan di Provinsi Preah Vihear dan Oddar Meanchey tetap tenang dan stabil hingga pukul 6 pagi, lapor situs berita Khmer Times.

Insiden hari Sabtu ini adalah yang ketiga kalinya dalam beberapa minggu tentara Thailand terluka akibat ranjau saat berpatroli di sepanjang perbatasan. Dua insiden serupa sebelumnya menyebabkan penurunan hubungan diplomatik dan memicu bentrokan kekerasan selama lima hari.

Kedua negara tetangga di Asia Tenggara tersebut terlibat dalam bentrokan mematikan di perbatasan dari 24 hingga 28 Juli, dalam pertempuran terburuk antara keduanya dalam lebih dari satu dekade.

Baku tembak artileri dan serangan jet tempur tersebut merenggut setidaknya 43 nyawa dan menyebabkan lebih dari 300.000 orang mengungsi di kedua belah pihak.

Gencatan senjata yang rapuh telah berlangsung sejak Thailand dan Kamboja sepakat pada hari Kamis untuk mengizinkan pengamat dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) memeriksa wilayah perbatasan yang disengketakan guna memastikan permusuhan tidak terulang kembali.

Kedua negara juga sepakat untuk mematuhi hukum humaniter internasional dalam memperlakukan tentara masing-masing yang ditawan, dan untuk memfasilitasi “pemulangan yang bermartabat dan tepat waktu” bagi para korban tewas.

Bangkok menuduh Kamboja menanam ranjau darat di sisi Thailand dari perbatasan yang disengketakan yang melukai tentara pada 16 Juli dan 23 Juli. Phnom Penh membantah telah menempatkan ranjau baru dan mengatakan bahwa tentara telah menyimpang dari rute yang disepakati dan memicu ranjau darat lama yang tersisa dari perang yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Sumber : CNA/SL

Scroll to Top