Jakarta|EGINDO.co Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang kembali tertekan pada perdagangan Selasa (5/8), seiring dengan meningkatnya kehati-hatian investor menjelang pengumuman data pertumbuhan ekonomi nasional untuk kuartal II/2025.
Pada perdagangan Senin (4/8), IHSG ditutup melemah signifikan sebesar 0,97% atau turun 73,12 poin ke posisi 7.464,64. Koreksi ini turut dibarengi oleh tekanan jual dari investor asing yang mencatat net sell mencapai Rp1,02 triliun. Beberapa saham unggulan seperti Barito Pacific (BRPT), Amman Mineral Internasional (AMMN), dan Pancakarya Griyatama (CUAN) terpantau berada di zona merah.
Analis dari BRI Danareksa Sekuritas menyebut bahwa tekanan teknikal muncul setelah IHSG gagal bertahan di area konsolidasi. “Pola teknikal menunjukkan potensi pelemahan lanjutan menuju area support di level 7.332,” tulis tim riset dalam laporan harian mereka, Selasa (5/8).
Kekhawatiran pasar turut diperparah oleh ekspektasi perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2025 yang diperkirakan hanya tumbuh 4,8% secara tahunan (year-on-year), lebih rendah dibanding capaian pada kuartal sebelumnya.
Dalam kondisi ini, BRI Danareksa memperkirakan IHSG hari ini akan bergerak dalam kisaran support 7.332 dan resistance 7.470, serta merekomendasikan beli saham DEWA, EXCL, dan ASRI, sementara saham AMMN disarankan untuk dijual.
Sementara itu, pandangan berbeda disampaikan oleh Fanny Suherman, Kepala Riset Ritel BNI Sekuritas. Ia menilai bahwa IHSG masih berpeluang mengalami technical rebound, dengan proyeksi pergerakan indeks di kisaran 7.400–7.450 (support) dan 7.500–7.550 (resistance). Saham-saham pilihan untuk perdagangan jangka pendek antara lain TOBA, RAJA, CDIA, PANI, SSIA, dan MBMA.
Dari sumber lain, berdasarkan laporan Kontan.co.id (4/8/2025), analis Mirae Asset Sekuritas mencatat bahwa sentimen global seperti arah kebijakan suku bunga The Fed serta perlambatan ekonomi Tiongkok masih menjadi perhatian utama pelaku pasar. Tekanan eksternal ini dapat memicu aliran dana asing keluar dari pasar domestik.
Selain itu, menurut Bisnis.com (5/8/2025), investor juga tengah mencermati pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang dalam beberapa hari terakhir mengalami tekanan akibat penguatan dolar secara global dan ekspektasi kebijakan moneter ketat lanjutan di Amerika Serikat.
Sumber: Bisnis.com/Sn