Jakarta|EGINDO.co Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan mengalami tekanan pada perdagangan Kamis (31/7/2025). Pada hari sebelumnya, Rabu (30/7), Rupiah ditutup sedikit melemah ke level Rp16.405 per Dolar AS, turun 0,02 persen dibandingkan posisi penutupan sebelumnya.
Analis pasar uang, Lukman Leong, menyampaikan bahwa posisi Rupiah yang masih berada di atas Rp16.400 mencerminkan kuatnya dominasi Dolar AS di pasar global. “Mata uang Rupiah berpotensi melemah seiring dengan penguatan lanjutan Dolar AS,” ujarnya, Kamis (31/7), seperti dikutip dari Kontan.co.id.
Kondisi tersebut diperkuat oleh rilis data pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat yang melebihi ekspektasi pasar, menandakan ekonomi AS masih solid. Selain itu, pernyataan bernada hawkish dari Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, juga turut memberikan sentimen positif bagi penguatan Dolar.
Dalam konferensi pers usai rapat kebijakan moneter, Powell menyatakan bahwa suku bunga acuan tetap dipertahankan di kisaran 4,25–4,5 persen. Ia juga mengisyaratkan bahwa arah suku bunga ke depan masih bergantung pada perkembangan inflasi, khususnya efek lanjutan dari tarif impor yang direncanakan oleh Presiden Donald Trump.
“Trump belum mengambil keputusan mengenai suku bunga untuk September. Ia ingin melihat lebih dahulu dampak kebijakan tarif terhadap harga-harga,” tambah Lukman.
Dengan demikian, keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga menjadi yang kelima kalinya sepanjang tahun 2025. Lukman memperkirakan Rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak di rentang Rp16.400 hingga Rp16.550 per Dolar AS.
Data dari Bloomberg dan CNBC Indonesia juga menunjukkan bahwa tekanan terhadap mata uang Rupiah sejalan dengan tren penguatan mata uang utama dunia, terutama Dolar AS, yang mendapat dorongan dari prospek ekonomi AS yang tetap tangguh serta arah kebijakan moneter yang ketat.
Sumber: rri.co.id/Sn