Jakarta|EGINDO.co Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan masih akan bergerak dalam tekanan sepanjang perdagangan hari ini. Pada perdagangan Senin (28/7), rupiah ditutup melemah 43 poin atau 0,27 persen ke level Rp16.363 per dolar AS, mencerminkan meningkatnya tekanan eksternal terhadap mata uang domestik.
Analis Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana, mengungkapkan bahwa rupiah berpeluang kembali terdepresiasi secara terbatas. Ia memproyeksikan pergerakan rupiah hari ini akan berada dalam rentang Rp16.310 hingga Rp16.410 per dolar AS.
“Tekanan terhadap rupiah masih cukup kuat karena pasar global dibayangi ketidakpastian dari negosiasi perdagangan antara AS dan Tiongkok yang belum menemukan titik terang,” kata Fikri, Selasa (29/7/2025).
Selain itu, lanjut Fikri, pelaku pasar juga menanti keputusan suku bunga The Federal Reserve. Meskipun diperkirakan tidak ada perubahan dan tetap berada di level 4,5 persen, investor masih menunggu sinyal lanjutan dari The Fed terkait arah kebijakan selanjutnya.
Fikri juga menyoroti memburuknya sentimen di kawasan Asia, khususnya akibat meningkatnya ketegangan antara Thailand dan Kamboja. Ketidakstabilan politik dan keamanan di dua negara tersebut mendorong investor regional mengambil posisi defensif dan cenderung menghindari risiko (risk-off), yang turut menekan nilai tukar rupiah.
Sementara itu, dari dalam negeri, pasar juga mencermati hasil lelang Surat Utang Negara (SUN) serta Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI) yang berlangsung hari ini. Fikri memperkirakan minat investor terhadap instrumen tersebut cenderung menurun dibandingkan lelang sebelumnya, mencerminkan kehati-hatian pelaku pasar terhadap kondisi global saat ini.
Mengutip Bloomberg, indeks dolar AS terus menguat seiring ekspektasi bahwa bank sentral AS akan mempertahankan sikap hawkish terhadap inflasi. Kondisi ini menambah tekanan bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Sementara itu, Kompas.com juga melaporkan bahwa volatilitas rupiah masih tinggi di tengah kondisi global yang belum stabil, terutama akibat konflik geopolitik dan arah kebijakan moneter global yang belum pasti.
Dengan demikian, pelaku pasar diimbau tetap mencermati perkembangan global dan regional secara seksama, mengingat dinamika eksternal masih menjadi penentu utama arah pergerakan rupiah dalam waktu dekat.
Sumber: rri.co.id/Sn