Kebijakan China terhadap Wells Fargo Bangkitkan Ketakutan Investor Asing

Wells Fargo
Wells Fargo

Beijing | EGINDO.co – Larangan perjalanan yang diberlakukan terhadap seorang karyawan Wells Fargo asal AS telah menimbulkan kekhawatiran baru di kalangan perusahaan asing tentang risiko berbisnis di Tiongkok, di tengah meningkatnya pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan internasional dan kekhawatiran baru akan keterlibatan dengan otoritas Tiongkok.

Bank tersebut telah menangguhkan semua perjalanan staf ke Tiongkok setelah Chenyue Mao, kelahiran Shanghai, yang memimpin divisi anjak piutang internasionalnya, diblokir untuk meninggalkan negara itu dalam beberapa pekan terakhir, menurut Wall Street Journal. Mao adalah warga negara AS, kata seorang sumber kepada Reuters.

Kelompok bisnis, diplomat, dan eksekutif asing mengatakan insiden tersebut menambah kekhawatiran yang telah lama ada tentang penerapan apa yang disebut larangan keluar oleh Tiongkok, yang terutama meresahkan karena Beijing berupaya menarik investasi asing untuk mendukung ekonominya yang melambat.

Berita-berita seperti itu dapat menimbulkan kekhawatiran bagi bisnis asing terkait perjalanan ke Tiongkok,” kata Jens Eskelund, presiden Kamar Dagang Uni Eropa di Tiongkok. “Di saat Tiongkok secara proaktif berusaha menarik investasi asing, hal itu mengirimkan sinyal yang agak beragam.”

AS Desak Tiongkok untuk Cabut Larangan

Kedutaan Besar AS di Beijing mengonfirmasi telah menyampaikan kekhawatiran kepada para pejabat Tiongkok.

“Kami telah mendesak mereka untuk segera mengizinkan warga negara AS yang terdampak untuk pulang,” kata seorang juru bicara.

Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyatakan tidak mengetahui kasus Wells Fargo, tetapi menambahkan bahwa negara tersebut tetap berkomitmen untuk menyediakan lingkungan yang ramah bagi bisnis asing.

Departemen Luar Negeri AS memperbarui imbauan perjalanannya untuk Tiongkok daratan pada November 2024, memperingatkan warga negara untuk “lebih berhati-hati” karena “penegakan hukum setempat yang sewenang-wenang, termasuk yang berkaitan dengan larangan keluar”.

Risiko Tetap Ada Bagi Pekerja Asing

Survei Kamar Dagang Uni Eropa tahun 2023 menemukan bahwa 9 persen responden mengalami kesulitan menarik talenta asing ke Tiongkok karena kekhawatiran akan keselamatan pribadi, risiko hukum, dan penegakan hukum yang sewenang-wenang. Empat persen melaporkan bahwa karyawan tidak dapat melakukan perjalanan dari Tiongkok ke kantor pusat karena larangan keluar.

Meskipun tidak ada data resmi mengenai larangan keluar, lembaga nirlaba Safeguard Defenders memperkirakan bahwa “puluhan ribu” orang, sebagian besar warga negara Tiongkok, dikenakan pembatasan tersebut pada satu waktu. Sebuah studi akademis tahun 2022 menemukan 128 kasus yang melibatkan orang asing antara tahun 1995 dan 2019, termasuk 29 warga negara Amerika dan 44 warga negara Kanada. Sekitar sepertiganya terkait dengan bisnis.

James Zimmerman, seorang pengacara di Beijing dan mantan ketua Kamar Dagang Amerika di Tiongkok, mengatakan larangan keluar umumnya digunakan untuk mencegah saksi atau tersangka pergi. Meskipun seringkali legal, terkadang larangan tersebut disalahgunakan untuk tujuan politik, ujarnya.

“Ada prosedur untuk mencabut larangan tersebut, tetapi kurangnya transparansi dan tidak adanya sistem jaminan yang efektif membuat prosesnya lambat dan sulit,” tambah Zimmerman.

Para eksekutif dari Nomura Holdings, UBS, dan Kroll sebelumnya pernah terjerat dalam kasus-kasus semacam itu.

Risiko Rendah Kecuali Ditujukan

Beberapa profesional mengatakan perjalanan ke Tiongkok lebih aman dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Kecuali perusahaan Anda secara khusus menjadi target negara atau badan usaha milik negara, risikonya rendah,” kata Benjamin Qiu, wakil ketua Komite Urusan Asia di Asosiasi Pengacara Kota New York. Namun, Qiu mencatat bahwa pelancong etnis Tionghoa mungkin menghadapi pengawasan yang lebih ketat.

Seorang bankir pasar modal di sebuah perusahaan Barat di Hong Kong mengatakan mereka berharap kasus Wells Fargo tidak akan menandakan tindakan keras yang lebih luas.

Kami melakukan begitu banyak bisnis di Tiongkok dan bepergian ke sana, kami tidak mampu untuk tidak melakukannya,” kata bankir itu. “Saya harap ini hanya kasus yang terjadi sekali saja.”

Sumber : CNA/SL

Scroll to Top