Menimbang Peluang dan Tantangan Penyelenggaraan Event Besar di Kabupaten Samosir

Wilmar Eliaser Simandjorang
Wilmar Eliaser Simandjorang

Oleh: Dr. Wilmar Eliaser Simandjorang, Dipl.Ec., M.Si

 Kabupaten Samosir, yang terletak di tengah Danau Toba, kembali menjadi sorotan nasional dan internasional setelah terpilih sebagai tuan rumah dua event besar bertaraf internasional: Toba Jou-Jou Festival dan Aquabike World Championship. Penunjukan ini bukan sekadar pengakuan atas potensi budaya dan pariwisata daerah, melainkan ujian nyata bagi pemerintah daerah dalam mengelola event yang berdampak luas secara sosial, lingkungan, dan ekonomi.

Dalam tiga tahun terakhir, Kabupaten Samosir menghadapi sejumlah peristiwa ekologis kritis. Kebakaran hutan di kawasan Pusuk Buhit, Tele, dan Sihotang menghanguskan sekitar 200 hektar hutan. Banjir bandang juga merusak sekitar kurang lebih 150 hektar sawah produktif di kenegerian Sihotang, Limbong, dan Sagala. Kerusakan ini menurunkan hasil pertanian hingga 30 persen, berdampak pada ketahanan pangan dan mata pencaharian petani.

Kualitas air Danau Toba menurun signifikan, dengan tingkat kekeruhan dan pencemaran melebihi batas aman, sebagian besar akibat penggundulan hutan, limbah wisata, dan permukiman liar di sekitar danau. Hal ini mengancam kelestarian ekosistem yang menjadi tulang punggung pariwisata dan kehidupan masyarakat lokal. Secara sosial ekonomi, ketimpangan makin mencolok. Banyak kegiatan event dikuasai pelaku usaha dari luar daerah, sementara UMKM dan seniman lokal hanya memperoleh porsi kecil dalam rantai nilai ekonomi. Kebocoran ekonomi diperkirakan dapat mencapai 30–40 persen dari total pengeluaran wisatawan, memperlebar kesenjangan kesejahteraan.

Lingkup Kegiatan Event

Toba Jou-Jou Festival adalah perhelatan budaya yang menampilkan kekayaan tradisi Batak, mencakup pameran seni dan kerajinan tangan, pertunjukan musik dan tarian tradisional, bazar kuliner khas daerah, workshop budaya, serta kegiatan desa wisata yang melibatkan masyarakat lokal secara langsung. Tujuannya memperkuat pelestarian budaya sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pemberdayaan UMKM dan komunitas seni. Aquabike World Championship merupakan kompetisi balap kendaraan bermotor air kelas dunia dengan balapan jetski di Danau Toba, sesi latihan, expo olahraga air, seminar teknologi ramah lingkungan, dan promosi pariwisata. Event ini diharapkan mendongkrak kunjungan wisatawan dan investasi, namun membawa tantangan besar dalam pengelolaan dampak lingkungan.

Evaluasi Kelayakan Event dan Dampak Ekonomi

Toba Jou-Jou Festival memiliki dampak lingkungan yang relatif rendah dan potensi besar memberdayakan UMKM serta komunitas lokal secara merata. Sebaliknya, Aquabike World Championship menghadirkan tantangan lingkungan signifikan seperti risiko pencemaran oli dan bahan bakar serta polusi suara yang mengganggu ekosistem dan masyarakat sekitar. Mitigasi ketat dengan audit lingkungan berkelanjutan dan teknologi ramah lingkungan sangat diperlukan agar event ini tidak memperparah krisis ekologis.

Terdapat tiga estimasi dampak ekonomi Aquabike dari berbagai Lembaga

Dampak ekonomi Aquabike oleh berbagai Lembaga menujukkan angka yang pantastis dan optimistis seperti berikut ini:

  • Rp 1,7 triliun (panitia Aquabike dan InJourney tahun sebelumnya),
  • Rp 1,75–1,8 triliun (PLT Direktur Utama InJourney, Maya Watono),
  • Rp 1,86 triliun (Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mengutip Lembaga Analisis Pembangunan Indonesia – LAPI).

Dan secara metoda statistik  ada angka Rp 1,75 triliun dipilih sebagai acuan paling realistis karena berada di tengah kisaran estimasi ketiga lembaga tersebut di atas, angka ini cukup optimistis namun tetap perlu harus dapat dipertanggungjawabkan dengan bukti-bukti menurut hasil penelitian yang independent dari lembaga kajian yang kompoten, tentunya angka opstimistik ini hanya mungkin tercapai apabila semua pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan rencana, jika yang terjadi adalah sebaliknya maka akan menjadi tetap pertanyaan publik tentang kemanfaatan kegiatan aquabike di Kawasan Danau Toba. Namun, perlu mendapat perhatian, dampak yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa selain manfaat ekonomi, ada risiko serius pencemaran air dan tanah, polusi suara, serta ketimpangan ekonomi. Kerusakan ekosistem Danau Toba yang sudah tertekan akan dapat mengancam keberlanjutan manfaat ekonomi ini apabila tidak diimbangi pengelolaan lingkungan yang ketat dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Karena itu, pemerintah dan pemangku kepentingan  perlu mempertimbangkan apakah manfaat ekonomi Aquabike cukup besar dan berkelanjutan untuk melanjutkan penyelenggaraannya di Danau Toba. Jika tetap diselenggarakan, event harus didukung dengan mitigasi lingkungan efektif, teknologi ramah lingkungan, kebijakan kontrak lokal, dan transparansi pengelolaan agar keseimbangan ekonomi, sosial, dan lingkungan terjaga.

Pembelajaran dari Pengalaman Internasional

Negara-negara yang berhasil menggelar event besar, seperti Jepang dengan festival Gion Matsuri yang menerapkan konsep zero waste dan melibatkan warga secara aktif, serta Italia yang menetapkan zona konservasi ketat untuk perlindungan ekosistem Aquabike Olbia, menunjukkan pentingnya tata kelola berkelanjutan dan inklusivitas sosial. Sebaliknya, kegagalan event di India dan Brazil akibat pengabaian dampak lingkungan dan sosial harus menjadi peringatan agar Kabupaten Samosir tidak mengulangi kesalahan serupa. Rekomendasi untuk Sukses dan Berkelanjutan

  1. Tingkatkan profesionalisme manajemen dan koordinasi lintas sektor.
  2. Terapkan standar lingkungan ketat dan audit rutin untuk mengurangi dampak Aquabike.
  3. Utamakan kontrak lokal dan pelatihan bagi pelaku UMKM dan komunitas adat.
  4. Pastikan transparansi anggaran dan monitoring yang melibatkan masyarakat.
  5. Alokasikan anggaran proporsional untuk konservasi lingkungan, pembangunan infrastruktur lokal, pemberdayaan UMKM, promosi wisata, dan manajemen event profesional.
  6. Bentuk tim monitoring independen untuk menjamin akuntabilitas dan keberlanjutan.

Kesimpulan

Kabupaten Samosir memiliki anugerah alam dan budaya yang luar biasa. Toba Jou-Jou Festival menjadi contoh bagaimana budaya dan ekonomi lokal dapat diperkuat secara bersamaan tanpa merusak lingkungan. Aquabike World Championship, meski menjanjikan dampak ekonomi besar, menuntut tata kelola sangat hati-hati agar tidak memperparah krisis ekologis. Keberhasilan kedua event ini akan menjadi cermin kemampuan pemerintah daerah dalam menjembatani kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan secara berimbang demi masa depan Samosir yang lestari dan makmur. Dengan langkah tepat, Samosir dapat menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan yang membanggakan Indonesia di mata dunia.@

***

 Penulis adalah Ketua Pusat Studi Geopark Indonesia / Penggiat Lingkungan

Scroll to Top