Jakarta|EGINDO.co Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan akan melanjutkan tren penguatannya pada Rabu, 16 Juli 2025, menembus zona 7.200–7.250, setelah ditutup positif pada level 7.140,47 pada Selasa (15/7) .
Analis senior dari Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, menyampaikan bahwa indeks berhasil bertahan di atas rata-rata MA200—sekitar 7.079—sementara indikator MACD masih mencerminkan kekuatan momentum positif, didukung oleh tingginya volume transaksi bel . Meski demikian, Stochastic RSI menunjukkan potensi death cross di area overbought, menuntut kehati-hatian dalam jangka pendek.
Sentimen positif bertambah setelah pemerintah RI dan AS mencapai kesepakatan dagang awal. Di bawah kesepakatan tersebut, tarif ekspor Indonesia ke AS diturunkan menjadi 19% (dari sebelumnya 32%), sedangkan impor dari AS akan dibebaskan dari tarif . Sebagai imbal balik, Indonesia akan membeli produk AS senilai total sekitar US$19,5 miliar, termasuk US$15 miliar energi, US$4,5 miliar produk agrikultur, serta 50 unit pesawat Boeing.
Dari ranah domestik, perhatian investor kini tertuju pada hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps, menjadi 5,25%, dari sebelumnya 5,50% . Kebijakan ini dilakukan untuk meredam tekanan inflasi, menjaga stabilitas rupiah, serta mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah turunnya daya beli masyarakat.
Saham Pilihan Rekomendasi Phintraco
Sebagai reperkusi dari kondisi teknikal dan sentimen makro, beberapa saham unggulan menjadi perhatian analis:
-
ERAA (elektronik ritel): Potensi rebound terkait stabilitas rupiah dan pemulihan daya beli.
-
CTRA (properti): Antisipasi pemangkasan suku bunga, yang biasanya merangsang sektor properti.
-
MDKA (pertambangan): Mendapat angin segar dari tren harga komoditas global.
-
MEDC (energi): Didukung oleh komitmen pembelian energi dari AS.
-
DEWA (infrastruktur energi): Harga saham relatif undervalued dan menunjukkan peningkatan volume beli.
Kesimpulan Strategis
Prospek IHSG hari ini cukup cerah, menimbang sinergi antara sentimen eksternal (kesepakatan dagang) dan domestik (pemangkasan suku bunga BI). Namun, potensi teknikal seperti Stochastic RSI yang mulai jenuh menyarankan agar investor tetap waspada dan mengelola risiko dengan cermat.
Sumber: Bisnis.com/Sn