Jakarta|EGINDO.co Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan menghadapi tekanan dalam perdagangan Selasa (15/7/2025), meskipun pada hari sebelumnya berhasil ditutup menguat sebesar 0,71 persen atau naik 49,71 poin ke level 7.097.
Penguatan IHSG tersebut terjadi di tengah aksi jual bersih investor asing senilai Rp1,17 triliun, dengan saham-saham unggulan seperti Bank Mandiri (BMRI), BCA (BBCA), CUAN, BNI (BBNI), dan Surya Semesta (SSIA) menjadi yang paling banyak dilepas.
Kepala Riset Ritel BNI Sekuritas, Fanny Suherman, menilai bahwa IHSG kini sedang menguji level resistansi krusial pada kisaran 7.100–7.150, yang apabila gagal ditembus, dapat memicu koreksi teknikal lebih lanjut. “Potensi tekanan jual masih terbuka jika tidak ada katalis positif yang cukup kuat,” ujarnya dalam catatan riset yang dikutip pada Selasa.
Dinamika Global: Ancaman Tarif AS dan Ketidakpastian The Fed
Sentimen eksternal turut memberikan tekanan terhadap pergerakan pasar domestik. Presiden Donald Trump kembali menggulirkan ancaman tarif sebesar 30 persen terhadap produk-produk dari Uni Eropa dan Meksiko, yang memicu kekhawatiran pelaku pasar global.
Meski demikian, indeks utama bursa saham Amerika Serikat tetap bergerak positif. S&P 500 tercatat naik 0,14 persen, Nasdaq Composite menguat 0,27 persen, dan Dow Jones Industrial Average menguat 0,2 persen. Menurut laporan Bloomberg, investor menaruh harapan bahwa kebijakan tarif tersebut masih dapat dirundingkan kembali sebelum tenggat waktu 1 Agustus, sehingga dampaknya terhadap pasar menjadi terbatas.
Dari sisi kebijakan moneter, muncul ketegangan baru terkait independensi The Fed. Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS, Kevin Hassett, membuka kemungkinan bahwa Trump dapat memberhentikan Ketua The Fed Jerome Powell jika ditemukan “alasan yang sah.” Isu ini diperparah oleh laporan bahwa Trump juga menelusuri anggaran renovasi gedung utama bank sentral di Washington DC, mempertegas ketegangan antara Gedung Putih dan The Fed.
Bursa Asia Variatif, Pasar Menanti Laporan Keuangan Emiten Besar
Pasar regional Asia menunjukkan kinerja yang beragam pada perdagangan awal pekan. Nikkei 225 Jepang terkoreksi 0,28 persen, sementara Kospi Korea Selatan menguat 0,83 persen. Di sisi lain, S&P/ASX 200 Australia turun tipis 0,11 persen, sedangkan Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite masing-masing naik 0,26 persen dan 0,27 persen.
Mengutip CNBC Indonesia, pelaku pasar saat ini tengah menantikan musim rilis kinerja keuangan kuartal II dari perbankan besar AS yang dimulai pekan ini, yang akan menjadi katalis penting dalam menentukan arah pergerakan indeks global dan domestik.
Sumber: rri.co.id/Sn