Jakarta|EGINDO.co BI mencatat bahwa posisi ULN pemerintah mencapai 209,6 miliar dolar AS, tumbuh 9,8 persen yoy, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada April yang sebesar 10,4 persen yoy. Perlambatan ini terjadi di tengah masih tingginya kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia, meskipun tekanan eksternal global belum sepenuhnya mereda.
Sebagian besar ULN pemerintah dialokasikan untuk pembiayaan sektor-sektor strategis, antara lain:
-
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (22,3%),
-
Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (18,7%),
-
Jasa Pendidikan (16,5%),
-
Konstruksi (12,0%), serta
-
Transportasi dan Pergudangan (8,7%).
Ramdan menambahkan bahwa 99,9 persen dari total ULN pemerintah terdiri atas utang jangka panjang, yang mencerminkan kehati-hatian dalam pengelolaan utang negara.
Rasio Terjaga, Struktur Tetap Sehat
Secara keseluruhan, struktur ULN Indonesia masih dalam kondisi sehat, dengan rasio terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat sebesar 30,6 persen. Selain itu, sebesar 84,6 persen dari total ULN Indonesia merupakan utang jangka panjang, yang memberikan ruang stabilitas dalam pengelolaan risiko eksternal.
“Bank Indonesia bersama pemerintah akan terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan dan pengelolaan ULN secara terukur dan berhati-hati, agar tetap memberikan kontribusi optimal bagi pembiayaan pembangunan nasional,” kata Ramdan.
Dalam laporan Investor Daily, sejumlah analis menilai perlambatan ULN ini merupakan cerminan dari peningkatan efisiensi pembiayaan eksternal di tengah ketidakpastian global. Langkah pemerintah untuk mengarahkan utang pada sektor produktif juga dinilai positif untuk menjaga kesinambungan fiskal jangka panjang.
Sementara itu, Bisnis.com menyoroti pentingnya stabilitas struktur utang dalam menjaga kepercayaan investor global, khususnya ketika tekanan eksternal seperti tingginya suku bunga acuan global dan gejolak geopolitik masih berlanjut.
Sumber: Tribunnews.com/Sn