Jakarta|EGINDO.co Industri aset digital di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa hingga Mei 2025, jumlah investor kripto di Tanah Air telah mencapai 14,78 juta orang, atau naik sebesar 4,38 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Nilai transaksi aset kripto juga tercatat mencapai Rp49,57 triliun.
Chief Marketing Officer (CMO) Pintu, Timothius Martin, menyatakan bahwa peningkatan jumlah investor mencerminkan tingkat kepercayaan masyarakat yang semakin tinggi terhadap aset digital. Ia menilai kripto tidak lagi dipandang sebagai tren musiman, melainkan telah menjadi bagian dari strategi investasi jangka panjang masyarakat.
“Aset kripto kini mulai dilihat sebagai instrumen investasi yang layak dipertimbangkan dalam portofolio, bukan sekadar spekulasi jangka pendek,” ujar Timothius dalam gelaran Pintu Goes to Office di Jakarta, Kamis (10/7/2025).
Meski demikian, Timothius menegaskan bahwa peningkatan jumlah investor harus diiringi dengan edukasi menyeluruh agar masyarakat memahami secara utuh karakteristik aset digital. Menurutnya, pemahaman mengenai teknologi blockchain, kontrak pintar (smart contract), dan tokenisasi menjadi fondasi penting sebelum memutuskan untuk berinvestasi.
“Risiko dalam investasi kripto sangat tinggi karena sifatnya yang volatil. Oleh karena itu, masyarakat perlu dibekali literasi digital dan keuangan yang memadai agar dapat menjadi investor yang cerdas dan bertanggung jawab,” jelasnya.
Sebagai bentuk komitmen edukatif, Pintu menghadirkan berbagai program seperti Pintu Academy, webinar, dan program sosialisasi di perkantoran untuk menjangkau profesional muda.
Direktur Cermati Invest, Darwin Soesanto, turut mengapresiasi upaya tersebut. Menurutnya, sinergi antara pelaku industri dan pemangku kepentingan diperlukan untuk memperluas pemahaman masyarakat terhadap instrumen digital yang kian populer ini.
“Edukasi menjadi kunci penting agar minat masyarakat terhadap kripto tidak berakhir pada keputusan investasi yang gegabah,” ujarnya.
Mengutip data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Indonesia saat ini menjadi salah satu pasar kripto dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara. Total nilai transaksi kripto sepanjang tahun 2024 saja mencapai lebih dari Rp300 triliun, menunjukkan antusiasme investor ritel yang cukup tinggi.
Namun, seperti disampaikan oleh Head of Research Tokocrypto, Reza Fahlevi, kepada CNBC Indonesia, tantangan utama di sektor ini adalah ketimpangan antara kecepatan pertumbuhan pasar dan tingkat pemahaman investor.
“Ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan edukasi agar masyarakat tidak terjebak dalam keputusan investasi yang merugikan,” tutur Reza.
Dengan semakin luasnya akses dan regulasi yang terus dikembangkan, pelaku industri berharap pertumbuhan aset digital di Indonesia dapat berlangsung sehat, inklusif, dan berkelanjutan.
Sumber: Tribunnews.com/Sn