Oleh: Dr.Wilmar Eliaser Simandjorang, Dipl.Ec.,M.Si
Geopark Kaldera Toba adalah bukti nyata bahwa pengembangan pariwisata Indonesia tidak lagi sebatas mengandalkan keindahan visual alam. Ia merupakan manifestasi dari perpaduan alam, budaya, dan ilmu pengetahuan yang saling menopang dalam visi pembangunan berkelanjutan. “Status geopark bukan sekadar bentuk perlindungan, tapi merupakan ruang pembelajaran dan peluang pembangunan berbasis pengetahuan,” ungkap para pakar dan pengelola kawasan.
Keajaiban Alam dan Budaya yang Hidup
Terbentuk dari letusan supervulkanik sekitar 74.000 tahun lalu, Kaldera Toba menjelma menjadi danau vulkanik terbesar di dunia, dengan luas mencapai lebih dari 7.000 km². Kaldera ini bukan hanya saksi bisu bencana geologis masa lampau, tetapi juga menjadi ruang hidup bagi keragaman hayati endemik serta budaya Batak yang sarat dengan kearifan lokal.
Statusnya sebagai UNESCO Global Geopark menegaskan bahwa kawasan ini menyimpan nilai-nilai penting global yang harus dijaga, diberdayakan, dan diwariskan.
Konservasi Warisan Gunung Api: Dari Memahami, Menjaga, hingga Menghidupi
Sebagai warisan geologi dunia, Gunung Api Toba menuntut bentuk konservasi yang tidak hanya teknis, tetapi juga transformatif secara sosial. Upaya konservasi tidak cukup hanya pada aspek fisik, tetapi harus mencakup edukasi yang terstruktur dan berkelanjutan terhadap masyarakat lokal.
Melalui penyusunan kurikulum lokal, pelatihan komunitas, dan integrasi dengan program pendidikan formal, masyarakat diajak memahami pentingnya menjaga batuan, tanah, air, serta nilai budaya yang melekat padanya. Konservasi dalam geopark berarti: Melestarikan bumi, dan pada saat yang sama, memuliakan kehidupan manusia.
Geowisata yang Menghidupi: Potensi 16 Geosite sebagai Lokomotif Ekonomi Kreatif
Geopark Kaldera Toba mencakup 16 geosite utama, mulai dari Sipinsur, Hutaginjang, Bakara, Taman Eden, Batu Basiha Balige, Air Terjun Situmurun, Sibaganding Parapat, Haranggaol, Sipiso piso, Sillahi Nabolak, Batuhoda Simanindo, Ambarita-Tuktuk Tomok, Sidihoni, Pusuk Buhit, Tele, hingga Muara, dan Bakkara. Masing-masing geosite memiliki potensi unik dari sisi: Geologi (struktur batuan, pemandangan kaldera). Ekologi (tanaman endemik, hutan kering tropis). Budaya (mitos, tarombo, pustaha, seni arsitektur Batak).
Untuk mencapai tujuan geopark, yaitu “memuliakan bumi, mensejahterakan masyarakat”, perlu didorong transformasi geosite menjadi pusat ekonomi kreatif: Contoh Inovasi Ekonomi Kreatif di Geosite: Pelatihan kerajinan batu dan souvenir geologi local. Pemandu wisata lokal bersertifikat geowisata. Kuliner khas berbasis pangan lokal dan narasi sejarah. Pusat edukasi mini (Geo-Center) di tiap geosite. Pementasan budaya Batak berbasis geonarrative. Koperasi masyarakat pengelola homestay berbasis desa wisata.
Dengan pendekatan ini, geosite bukan hanya objek wisata, melainkan menjadi ruang hidup, ruang belajar, dan ruang kerja masyarakat lokal.
Tiga Pilar UNESCO Global Geopark: Jalan Menuju Keberlanjutan. Pengelolaan Kaldera Toba sebagai geopark bertumpu pada tiga pilar yang saling berkaitan: Perlindungan
Menjaga integritas warisan geologi, keanekaragaman hayati, dan nilai budaya yang hidup agar tetap lestari bagi generasi mendatang.
Edukasi
Meningkatkan kesadaran publik melalui storytelling, pameran, papan informasi, literasi sains, dan program belajar sambil jalan (field school).
Pengembangan Berkelanjutan
Menciptakan ekonomi lokal yang kuat, inovatif, dan berbasis potensi alam dan budaya tanpa merusaknya.
Mendorong Kolaborasi Multipihak: Dari Desa hingga Dunia
Pengembangan geopark Toba membutuhkan kolaborasi aktif antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, pelaku wisata, dan masyarakat lokal (pentahelix). Peran strategis tujuh Bupati kawasan Danau Toba sangat vital untuk memastikan program lintas sektoral berjalan efektif dan inklusif. “Apa yang Tuhan titipkan kepada kita hari ini tidak cukup hanya dipandangi, tetapi harus dimanfaatkan untuk menulis ulang sejarah dan membangun masa depan,” ujar salah satu tokoh adat.
Toba sebagai Prioritas Nasional dan Gerbang Ilmu Pengetahuan Dunia
Danau Toba kini menjadi bagian dari Destinasi Super Prioritas (DSP) dalam RPJMN 2025–2029, dengan target pertumbuhan ekonomi Sumatra mencapai 7,2% pada 2029. Pemerintah menargetkan penguatan infrastruktur, digitalisasi narasi budaya, dan peningkatan kapasitas SDM lokal. Toba tidak hanya penting bagi pariwisata, tetapi juga bagi ilmuwan dunia, seniman lokal, dan masa depan generasi muda Indonesia.
Penutup: Dari Letusan ke Harapan, Dari Kaldera ke Dunia
“Mari kita tunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya destinasi, tetapi mitra sejati dalam ilmu pengetahuan dan inovasi global,” pungkas Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Geopark Kaldera Toba mengajarkan kita bahwa dari letusan yang menghancurkan, bisa lahir harapan dan kehidupan. Bahwa dari batuan purba, bisa tumbuh ekonomi kreatif. Dan bahwa dari budaya lokal yang dijaga, bisa lahir diplomasi global. Inilah wajah Indonesia baru: mewujudkan pariwisata yang berpengetahuan, berbudaya, dan berkeadilan bagi alam dan manusia.@
***
Penulis adalah Ketua Pusat Studi Geopark Indonesia/Penggiat Lingkungan