Jakarta | EGINDO.com – PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) memacu pengembangan bisnis Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Emiten dari konglomerasi Sinar Mas ini tengah fokus menggali potensi di segmen energi surya dan panas bumi, dimana aksi terbaru DSSA adalah pengoperasian pabrik panel surya di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.
DSSA lewat perusahaan patungan atau Joint Venture (JV) PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI), telah meresmikan pabrik sel dan modul surya terintegrasi pada 19 Juni 2025 lalu dimana TMAI merupakan JV yang 75% sahamnya dimiliki oleh PT Daya Sukses Makmur Selaras selaku anak usaha DSSA, serta Trina Solar Co. Ltd. Sedangkan 25% saham TMAI dimiliki oleh PT PLN Indonesia Power Renewables.
Menurut Wakil Presiden Direktur DSSA, Lokita Prasetya, bahwa pabrik dengan nilai investasi lebih dari Rp 1,5 triliun memiliki kapasitas produksi awal sebesar 1 Gigawatt (GW) per tahun. Kapasitas produksi akan meningkat hingga mencapai 3 GW pada tahun 2030. Panel surya yang diproduksi dari pabrik TMAI memiliki daya hingga 720 watt peak per unit. DSSA melihat outlook permintaan sel dan modul surya di Indonesia akan terus meningkat. Hal ini sejalan dengan percepatan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan komitmen pemerintah untuk mencapai target bauran EBT. Kini TMAI telah melakukan penjualan perdana sel surya kepada Trina Solar.
DSSA memiliki usaha pengembangan panel surya melalui anak usahanya, PT Daya Mas Agra Sejahtera, dengan merek dagang Dian Solar. DSSA memiliki portofolio proyek solar rooftop Marunda berkapasitas 1 Megawatt Peak (MWp) dan solar rooftop Sentul berkapasitas 0,6 MWp. Selain menggarap EBT berbasis surya, DSSA juga sedang menggali pengembangan panas bumi. Saat ini DSSA memiliki tiga proyek panas bumi di Cipanas dan Cisolok – Jawa Barat, serta di Nage – Nusa Tenggara Timur. Pengembangan tiga wilayah ini diproyeksikan memiliki total kapasitas hingga 140 MW.
Secara kinerja, DSSA membukukan pendapatan usaha senilai US$ 737,55 juta hingga kuartal I-2025. Mengalami penurunan 7,43% dibandingkan pendapatan DSSA pada periode yang sama tahun lalu senilai US$ 796,78 juta. Sejalan dengan penurunan pendapatan, laba bersih DSSA menyusut 21,71% secara tahunan dari US$ 102,83 juta menjadi US$ 80,50 juta hingga Maret 2025.
Menurut Lokita, capaian laba DSSA ini cukup menunjukkan posisi keuangan yang solid di tengah berbagai tantangan yang membayangi pada periode awal tahun 2025.@
Rel/timEGINDO.com