Jakarta | EGINDO.com – Kabut pagi menyelimuti area PT Wirakarya Sakti (WKS) Distrik VIII saat tim kecil berangkat untuk berpatroli di Koridor Satwa Liar Datuk Gedang. Rombongan dipimpin oleh Nurfajri Indra dari Forum PKBT, diikuti oleh Sanderson Yohanes Siagian, Environment Compliance Officer WKS dan beberapa perwakilan dari perusahaan mitra.
Dalam siaran pers APP Group Sinarmas yang dilansir EGINDO.com pada Jum’at (27/6/2025) menyebutkan pPatroli gabungan merupakan kegiatan bulanan yang diadakan oleh Platform Kolaborasi Bukit Tigapuluh (PKBT), sebuah forum diskusi multipihak yang digagas sejak tahun 2018 dalam upaya menyelamatkan kawasan hutan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar Bukit Tigapuluh.
Misinya jelas: melindungi zona penyangga, mata rantai vital koridor gajah Sumatera dari penebangan liar, perambahan lahan, dan kebakaran hutan, serta memperkuat koeksistensi dengan gajah. “Kolaborasi ini penting, tetapi bukan tanpa tantangan,” kata Prihandini Tria Okta Viani, Stakeholder Engagement Specialist untuk PKBT.
“Ini adalah upaya bersama untuk memastikan manfaat konservasi bagi semua dengan pengambilan keputusan yang inklusif dan suara warga setempat tetap menjadi inti dari setiap langkah,” katanya.
Patroli bergerak secara metodis melalui jalur hutan. Di beberapa kios masyarakat yang terletak di dekat koridor satwa liar, mereka berhenti untuk berbicara dengan penduduk setempat, membagikan brosur dan memasang poster berjudul “Hidup Berdampingan dengan Gajah”

Prihandini menjabarkan tujuan Forum yang lebih mendalam. “Patroli ini merupakan bagian dari visi jangka panjang,” jelasnya.
“Kami tidak hanya mencegah kegiatan ilegal, kami membangun kepercayaan, membangun koeksistensi, dan menciptakan ruang untuk dialog antara para pemangku kepentingan, termasuk masyarakat Orang Rimba dan Talang Mamak,” katanya.
Ia melanjutkan, “Patroli ini juga dilakukan dengan koordinasi dari unit pengelolaan hutan setempat dan didukung oleh otoritas konservasi regional, memastikan keselarasan dengan tujuan konservasi nasional.”
Syamsuardi, pakar mitigasi konflik gajah dari Forum Konservasi Gajah Indonesia, menyuarakan urgensi tersebut. “Hampir 70% habitat gajah berada di luar zona konservasi,” ia memperingatkan. “Menanam tanaman seperti pisang, karet atau tanaman yang disukai gajah di sepanjang jalur tradisional mereka tentu sangat berisiko dan akan menyebabkan konflik terus berlanjut. Kita harus mengubah pendekatan kita,” katanya.
Taufik Qurochman dari WKS setuju. “Kita butuh tanaman jangka panjang yang perawatannya mudah, yang tidak menarik gajah, tetapi tetap menghasilkan pendapatan. Itulah peran PKBT menghubungkan konservasi dengan bisnis yang berkelanjutan.”
Taufik menambahkan bahwa gajah mungkin tidak mistis, tetapi emosi yang mendalam dan memori generasi mereka menuntun mereka menuju area ekoton, tempat transisi ekologis mencerminkan pola perilaku mereka, membuat mereka tampak jauh tetapi secara inheren terhubung dengan lanskap manusia.
Jasmine Natalia Prihartini Doloksaribu dari Asia Pulp and Paper (APP) Group merefleksikan visi yang lebih luas: “Konservasi harus bekerja sama dengan bisnis, bukan melawannya. Begitulah cara kita melindungi habitat multispesies dengan menyelaraskan keberlanjutan dengan penciptaan nilai. Forum PKBT adalah jembatan yang menghubungkan kearifan lokal, kerangka hukum, dan tanggung jawab perusahaan.”
Kedepannya, PKBT bertujuan untuk memperkuat perannya sebagai model tata kelola hutan yang inklusif tempat masyarakat sipil, bisnis, dan pemerintah bersama-sama menciptakan solusi yang memelihara ekosistem dan memberi manfaat bagi semua.@
Rel/app/timEGINDO.com