Ketegangan Iran-Israel Memanas, Ekonomi Indonesia Terancam Tekanan Multidimensi

ilustrasi
ilustrasi

Jakarta|EGINDO.co Situasi geopolitik global kembali memanas menyusul serangan udara yang dilakukan Amerika Serikat terhadap tiga instalasi nuklir di Iran. Peristiwa ini semakin memperuncing konflik antara Iran dan Israel serta mendorong dunia menuju ketidakpastian global yang makin mendalam.

Pengamat Ekonomi Internasional, Adithya Wardono, menyatakan bahwa Indonesia harus bersiap menghadapi berbagai tekanan ekonomi akibat eskalasi konflik tersebut, khususnya dalam hal makroekonomi dan stabilitas nasional.

“Jika konflik ini tidak segera dihentikan, maka akan berdampak besar terhadap perlambatan ekonomi dunia dan berimbas langsung pada perekonomian Indonesia. Bahkan, Menteri Keuangan Ibu Sri Mulyani juga menyampaikan kekhawatiran terhadap dinamika global saat ini,” ujarnya saat diwawancarai Pro3 RRI pada Selasa (24/6/2025).

Adithya menjelaskan bahwa potensi kenaikan harga komoditas, terganggunya rantai pasok global, tekanan terhadap nilai tukar, serta meningkatnya beban fiskal negara merupakan risiko-risiko serius yang perlu diwaspadai.

Ia menekankan bahwa potensi melonjaknya harga energi perlu menjadi perhatian utama pemerintah. “Gagasan penutupan Selat Hormuz bukan sekadar wacana. Iran memiliki kapasitas dan rekam jejak dalam hal itu. Bila jalur vital ini terganggu, harga komoditas energi bisa melonjak drastis,” katanya.

Menurutnya, pemerintah perlu segera memperkuat ketahanan ekonomi dalam negeri. Ketergantungan terhadap komoditas energi yang harganya sangat rentan terhadap gejolak global harus diminimalisir melalui kebijakan struktural yang jelas dan berkelanjutan.

“Ketidakpastian global akan memengaruhi persepsi pasar, menekan nilai tukar, serta mengganggu stabilitas arus modal. Pemerintah harus segera memperkuat koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter untuk menghadapi kondisi ini,” tegasnya.

Adithya juga menambahkan bahwa lonjakan harga energi akan menimbulkan dampak luas terhadap sektor lain, seperti pangan dan logistik. “Kenaikan biaya bahan bakar akan berdampak pada biaya produksi dan distribusi barang. Hal ini dapat mengganggu sektor-sektor strategis seperti industri manufaktur, transportasi, dan perdagangan,” jelasnya.

Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap barang impor juga berisiko memperparah situasi. “Jika harga-harga terus naik, maka daya beli masyarakat akan menurun, sementara biaya hidup akan terus meningkat,” pungkasnya.

Sumber: rri.co.id/Sn

Scroll to Top