Oleh: Hasnil Aflah, S.Sos., M.I.Kom
KISAH Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail tentunya selalu dikaitkan dengan peringatan hari Raya ‘Idul Adha atau Hari Raya Haji. Kisah yang begitu tragis bagi segelintir masyarakat namun tidak di mata orang- orang beriman dan memahami kisah ketauhidan yang luar biasa yang memiliki hikmah yang tak bisa dilakukan oleh seseorang dengan kehebatan ilmu kanuragan seperti para pendekar atau para pegulat yang tersohor atau para hero hollywood yang tak tertandingi dan tak terkalahkan dalam setiap medan pertarungan.
Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail disebut kisah tragis karena peristiwa ini melibatkan perintah dari Allah Subhanahu Wata’ala untuk menyembelih putranya Nabi Ismail. Meskipun akhirnya perintah dari Allah itu digantikan dengan momen sembelihan besar, peristiwa ini menunjukkan suatu pengorbanan yang luar biasa dan begitu mendalam bagi Nabi Ibrahim, tentunya kesabaran dan keta’atan Nabi Ismail yang tentu juga sangat luar biasa.
Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah untuk menyembelih putra kesayangannya Nabi Ismail itu ketika hadir dalam sebuah mimpi yang kemudian diyakini sebagai wahyu dari Allah. Dengan penuh ketaatan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mempersiapkan diri untuk menjalankan perintah tersebut.
Segegasnya mereka menyiapkan itu semua , tiba-tiba tepat sebelum penyembelihan, Allah malah menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba jantan. Domba jantan tersebut di hadirkan Allah dengan melalui Malaikat Jibril. Malaikat Jibril dalam peristiwa ini berperan penting dengan menggantikan Nabi Ismail dengan domba, sehingga Nabi Ibrahim tetap mena’ati perintah Allah tanpa harus menyembelih putra kesayangannya itu.
Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menjadi landasan sejarah ibadah syariat kurban di mana umat Islam diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan mengingat peristiwa besar ini. Sehingga peristiwa ini menjadi sebuah perayaan yang setiap tahun diperingati oleh umat Islam sebagai hari Raya Idul Adha, di mana umat Islam menyembelih hewan kurban sebagai bentuk syukur dan mengingat kisah Nabi Ibrahim dan Ismail.
Peristiwa Kurban memiliki makna yang sangat dalam, yaitu:
- Ketaatan Berkurban adalah bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
- Pengorbanan: Berkurban adalah bentuk pengorbanan harta dan jiwa. Berkurban juga sebagai simbol menyembelih ego dan nafsu duniawi.
- Bersyukur: Berkurban adalah bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala
- Kemanusiaan dan Sosial Berkurban dapat membangun rasa kemanusiaan dan empati terhadap sesama yang tentunya membutuhkan, seperti yatim piatu, fakir miskin.
Dengan demikian, Ketaatan Nabi Ibrahim dan Ismail dengan penuh kesabaran dan keteguhan hati menerima perintah tersebut, meskipun itu adalah ujian yang sangat berat menjadi contoh bagi umat Islam untuk melakukan kurban dengan penuh ketaatan dan pengorbanan dan tentunya dengan rasa kesyukuran kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Selamat Berkurban dan Selamat menyambut Hari Raya ‘Idul Adha 1446H pada 6 Juni 2025 mendatang.@
***
Hasnil Aflah, S.Sos., M.I.Kom adalah pengurus Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Medan dan PRA Sudirejo I Medan