Jakarta|EGINDO.co Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan pagi ini, Senin (26/5). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat sebesar 33 poin atau 0,20% ke posisi Rp16.184,5 per dolar AS. Penguatan ini terjadi seiring dengan melemahnya indeks dolar AS sebesar 0,29% ke level 100,14.
Di kawasan Asia, mayoritas mata uang utama turut dibuka menguat. Won Korea tercatat naik 0,22%, disusul oleh yen Jepang yang menguat 0,13%. Sementara itu, ringgit Malaysia dan rupee India masing-masing menguat 0,69% dan 0,92%.
Pengamat pasar valas, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak fluktuatif, namun berpotensi ditutup menguat di kisaran Rp16.140 hingga Rp16.220 per dolar AS.
Menurutnya, sentimen eksternal yang memengaruhi pergerakan nilai tukar pekan ini berasal dari Amerika Serikat. Pada Kamis (22/5), Dewan Perwakilan Rakyat AS meloloskan rancangan undang-undang (RUU) usulan Presiden Donald Trump terkait pemotongan pajak. RUU yang dijuluki “One Big Beautiful Bill” tersebut mencakup sejumlah kebijakan besar seperti pemangkasan pajak secara signifikan, peningkatan anggaran militer serta penegakan hukum di perbatasan, dan pengurangan besar terhadap insentif energi hijau serta program sosial.
Congressional Budget Office (CBO) memperkirakan, RUU ini akan menambah utang nasional AS sekitar US$3,8 triliun dalam satu dekade ke depan. Kondisi ini memperkuat kekhawatiran pasar setelah sebelumnya lembaga pemeringkat Moody’s menurunkan peringkat kredit negara AS dari Aaa menjadi Aa1 akibat lonjakan utang yang terus meningkat.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada April 2025 tetap menunjukkan pertumbuhan. M2 tercatat tumbuh 5,2% secara tahunan (year-on-year), sedikit melambat dari bulan sebelumnya yang tumbuh 6,1% yoy. Nilai total M2 mencapai Rp9.390 triliun, yang ditopang oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 6,0% yoy dan uang kuasi sebesar 2,4% yoy.
Pertumbuhan M2 tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan penyaluran kredit serta naiknya tagihan bersih kepada pemerintah pusat.
Sumber: Bisnis.com/Sn