BI Optimis Rupiah Stabil dan Menguat Setelah Penurunan BI Rate

ilustrasi
ilustrasi

Jakarta|EGINDO.co Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, meyakini bahwa nilai tukar rupiah akan cenderung stabil dan menguat setelah penurunan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen. Perry menyadari bahwa saat ini rupiah masih menunjukkan pergerakan yang volatil, mengingat ketidakpastian ekonomi global masih cukup tinggi meskipun ketegangan antara Amerika Serikat dan China mulai mereda.

“Kami harus tetap waspada dan Bank Indonesia tidak akan ragu untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar Non Deliverable Forward (NDF) luar negeri maupun pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN),” ujar Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Rabu (21/5/2025).

Pada penutupan perdagangan hari sebelumnya, tepat saat pengumuman RDG BI, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat ke level Rp16.387 per dolar AS. Pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (22/5/2025), rupiah kembali menguat sebesar 0,10 persen ke posisi yang sama, yakni Rp16.387 per dolar AS.

Perry menjelaskan bahwa Bank Indonesia melakukan stabilisasi nilai tukar secara intensif setiap hari, yang disebutnya “around the clock and around the world”, melalui intervensi di pasar NDF di Hong Kong, Eropa, dan New York. Selain itu, stabilisasi juga dilakukan di pasar spot, DNDF dalam negeri, serta melalui pembelian SBN.

Hingga 20 Mei 2025, Bank Indonesia telah membeli SBN sebesar Rp96,41 triliun, yang terdiri dari pembelian di pasar sekunder sebesar Rp64,99 triliun dan pasar primer berupa Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk yang berbasis syariah, sebesar Rp31,42 triliun.

Keyakinan terhadap penguatan rupiah juga didukung oleh pergeseran aliran modal yang tidak hanya mengarah ke negara dan aset yang aman (safe haven), tetapi juga mulai masuk ke negara-negara pasar berkembang, termasuk Indonesia. “Tekanan terhadap nilai tukar yang disebabkan oleh dolar AS juga mulai mereda, termasuk di Indonesia, berkat kebijakan-kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah yang kami lakukan,” tambah Perry.

Sepanjang Mei 2025 hingga tanggal 20, rupiah menguat sebesar 1,13 persen dibandingkan posisi akhir April 2025. Rupiah juga menunjukkan kecenderungan penguatan dibandingkan dengan mata uang negara berkembang lain yang menjadi mitra dagang utama Indonesia maupun mata uang negara maju selain dolar AS.

Perry menegaskan bahwa pergerakan rupiah masih berada dalam rentang yang sesuai dengan fundamental ekonomi domestik dalam menjaga stabilitas perekonomian nasional. Faktor pendukung stabilitas rupiah antara lain imbal hasil yang menarik, tingkat inflasi yang rendah, serta prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap positif.

Selain itu, seluruh instrumen moneter juga terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter yang pro-pasar melalui optimalisasi instrumen seperti Sekuritas Rupiah BI (SRBI), Sekuritas Valas BI (SVBI), dan Sukuk Valas BI (SUVBI). Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kebijakan dalam menarik aliran investasi portofolio asing sekaligus mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

Sumber: Bisnis.com/Sn

Scroll to Top