Jakarta|EGINDO.co Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia diperkirakan berpeluang menguat dalam perdagangan hari ini, Jumat (9/5/2025), setelah mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Kamis lalu. IHSG tercatat melemah 1,42% dan ditutup pada level 6.827.
Pada pembukaan perdagangan pagi ini, IHSG langsung bergerak di zona hijau. Hingga pukul 10.30 WIB, indeks mencapai level tertinggi sementara di 6.849.
Menurut Fanny Suherman, Kepala Riset Ritel BNI Sekuritas, IHSG hari ini masih berpotensi mengalami technical rebound selama mampu bertahan di atas level support 6.800. Ia memperkirakan IHSG akan bergerak pada kisaran support 6.770 hingga 6.800, sementara level resistance berada di rentang 6.850 hingga 6.925.
Adapun tekanan terhadap IHSG pada perdagangan sebelumnya turut dipengaruhi oleh aksi jual bersih investor asing yang mencapai Rp906 miliar. Saham-saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing meliputi BMRI, BBRI, BBNI, TLKM, dan ASII.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, menyampaikan bahwa penurunan IHSG pada Kamis merupakan pelemahan pertama setelah delapan hari perdagangan berturut-turut mencatatkan kenaikan. Ia menambahkan bahwa aliran dana asing keluar didominasi oleh saham-saham perbankan, dengan BMRI mencatatkan net sell sebesar Rp453 miliar, diikuti oleh BBRI Rp279 miliar dan BBNI Rp101 miliar.
“Kami menilai kenaikan IHSG sejak April lalu terjadi terlalu cepat, sementara kondisi ekonomi ke depan diperkirakan akan menghadapi tantangan yang lebih berat,” ujar Rully.
Ia menjelaskan bahwa hal tersebut tercermin dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal I 2025 yang lebih rendah dari perkiraan. Selain itu, cadangan devisa Indonesia pada April juga mengalami penurunan signifikan sebesar USD4,6 miliar menjadi USD152,5 miliar.
“Penurunan cadangan devisa tidak mengejutkan, mengingat besarnya tekanan terhadap rupiah pada awal April, ketika nilai tukar sempat menembus kisaran Rp17.200 per dolar AS akibat pengumuman ‘Liberation Day’ oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump,” jelasnya.
Rully memperkirakan bahwa posisi cadangan devisa pada bulan Mei tidak akan banyak mengalami perubahan, seiring dengan pergerakan rupiah yang relatif stabil sementara ini. Namun demikian, ia mengingatkan bahwa risiko volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih cukup tinggi ke depan.
“Sentimen global seperti ketegangan perdagangan dapat memberikan dampak negatif terhadap sejumlah indikator, termasuk potensi penurunan surplus neraca perdagangan serta pelebaran defisit transaksi berjalan,” pungkasnya.
Sumber: rri.co.id/Sn