Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I/2025 Diprediksi di Bawah 5%

Aktivitas ekonomi ekspor dengan peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Aktivitas ekonomi ekspor dengan peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Jakarta|EGINDO.co Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2025 diperkirakan mengalami perlambatan dan tidak mampu menembus angka 5 persen. Hal ini disebabkan oleh kebijakan efisiensi pengeluaran negara yang diterapkan oleh Presiden Prabowo Subianto.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut berada di kisaran 4,93 persen. Ia menyebutkan bahwa salah satu penyebab utama perlambatan adalah rendahnya laju belanja pemerintah.

“Apalagi pada kuartal yang sama tahun lalu terdapat pengeluaran besar terkait pelaksanaan Pemilu, sehingga terdapat efek basis yang tinggi (high base effect),” ujarnya kepada Bisnis pada Jumat (2/5/2025).

David menambahkan bahwa selain faktor belanja pemerintah, harga komoditas global juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan kuartal I/2024. Namun demikian, inflasi yang tetap terkendali dinilai menjadi faktor yang masih menopang konsumsi rumah tangga, meskipun pertumbuhan konsumsi domestik bersifat stagnan. Di sisi lain, indikator investasi menunjukkan adanya perlambatan yang cukup signifikan.

Senada dengan itu, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengungkapkan bahwa pengeluaran pemerintah pada kuartal I/2025 diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -2,88 persen secara tahunan (year-on-year). Angka ini bertolak belakang dengan lonjakan pengeluaran pemerintah pada kuartal I/2024 yang mencapai 20,44 persen YoY.

Ia menjelaskan bahwa rendahnya realisasi belanja negara hingga Maret 2025, yang baru mencapai 17,1 persen dari total anggaran, turut menekan permintaan agregat dan aktivitas sektor publik, meskipun terdapat surplus keseimbangan primer sebesar Rp17,5 triliun.

Josua memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal I/2025 berada pada angka 4,91 persen, yang mencerminkan kombinasi dari konsumsi yang masih cukup kuat meski mulai melemah, pengeluaran pemerintah yang tertahan, serta belum pulihnya investasi dan ekspor akibat tekanan eksternal. Ketidakpastian global, terutama terkait kebijakan tarif dagang Amerika Serikat dan prospek perlambatan ekonomi dunia, menjadi faktor risiko tambahan terhadap proyeksi jangka pendek.

Dalam situasi ini, Josua menekankan pentingnya sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendorong pemulihan permintaan domestik pada kuartal-kuartal mendatang.

Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang merupakan kontributor utama terhadap pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya tumbuh 4,50 persen YoY, melambat dari capaian 4,91 persen pada kuartal I/2024. Investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) diperkirakan tumbuh 3,11 persen YoY, relatif stabil berkat peningkatan realisasi investasi riil sebesar 15,9 persen YoY menjadi Rp465,2 triliun pada kuartal I/2025.

Meski demikian, secara triwulanan (quarter-to-quarter), pertumbuhan investasi diprediksi mengalami kontraksi -6,50 persen, yang menunjukkan kehati-hatian pelaku usaha, khususnya dari sisi Penanaman Modal Asing (PMA) yang hanya tumbuh 12,7 persen YoY, lebih rendah dibandingkan dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang naik 19,1 persen YoY.

Faktor eksternal seperti kebijakan dagang Amerika Serikat serta ketegangan geopolitik global turut menjadi hambatan bagi ekspansi investasi lebih lanjut. Meski demikian, sektor hilirisasi logam dasar masih menunjukkan daya tarik bagi investor.

Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan akan merilis data resmi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk kuartal I/2025 pada hari Senin, 5 Mei 2025 pukul 11.00 WIB.

Sumber: Bisnis.com/Sn

Scroll to Top