Judul Buku : H. Adlin Umar Lubis, Anak Kebon Lintas Tiga Zaman
Penyunting : Ir. Fadmin Prihatin Malau
Kontributor : Dr. Ir. H.M. Edwin Syahputra Lubis, M.AgrSc
Penerbit : Perdana Publishing, Medan
Cetakan : Pertama, September 2018
Tebal : 184 Halaman
ISBN : 978-602-5674-72-3
Buku, H. Adlin Umar Lubis, Anak Kebon Lintas Tiga Zaman pastinya tentang riwayat hidup (autobiografi) seorang Adlin Umar Lubis. Namun, isinya ada sekumpulan puisi menyertai isi buku itu. Sekumpulan puisi itu oleh penyunting/penulis buku Ir. Fadmin Prihatin Malau, seorang jurnalis dan dosen itu ditampilkan pada setiap bagian isi dari buku tersebut.
Disebutkan, sekumpulan puisi itu ada dalam buku Puisi (Kenangan Tentang Kehidupan), buku Puisi (Anak Manusia Kampung Halaman Nusantara) dan buku Puisi (Rekam Jejak Kehidupan) yang disunting ke dalam buku biografi Adlin Umar Lubis.
Menjadi menarik sebab disamping dihiasi dengan puisi-puisi karya Adlin Umar Lubis yang diciptakannya selama perjalana hidupnya sejak remaja sampai usia sekarang ini isinya tentang dirinya dan kehidupan kala itu. Begitu juga penyunting/penulis buku Fadmin Prihatin Malau menulisnya dengan narasi universal. Bukan hanya cerita tentang perjalanan hidup H. Adlin Umar Lubis tetapi juga kisah perjuangan Bangsa Indonesia merebut kemerdekaan.
Terkisah dalam buku itu perjalanan hidup Adlin Umar Lubis yang orangtuanya Umar Lubis semasa hidupnya di kebon pada zaman penjajahan Belanda. Perlawanan Bangsa Indonesia merebut kemerdekaan terlihat dalam buku itu pada bagian ketiga, bersama orangtua di kebon (Ayah Dicari Belanda, Kakek Ditembak Belanda) pada halaman 75 tersirat bahwa sesungguhnya Bangsa Indonesia ingin mandiri, ingin berkuasa di tanah airnya sendiri, bebas dari intervensi bangsa lain.
Kisahnya semakin menarik sebab buku yang kontributornya Dr. Ir. H.M. Edwin Syahputra Lubis, M.AgrSc adalah anak lelaki dari Adlin Umar Lubis itu berisi tentang kehidupan di perkebunan, tentang tenaga kerja di kebon, tentang organisasi kemasyarakatan, organisasi kemahasiswaan dan tentang perkuliahan pada masa Indonesia baru merdeka di kampus Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Banyak hal dipaparkan dalam buku tersebut, tetapi tidak terkesan gado-gado sebab terangkai dalam kesatuan yang utuh dari bab ke bab sebanyak tujuh bab yang dilengkapi foto-foto tempo dulu di kebun dan foto-foto keluarga Adlin Umar Lubis.
Menarik sebab tidak hanya tentang Adlin Umar Lubis tetapi juga tentang kondisi perkebunan pasca Belanda meninggalkan Indonesia dan masuk Jepang ke Indonesia serta kondisi peralihan kekuasaan di perkebunan dari Jepang kepada putra-putri Indonesia dengan analisis peristiwa yang terjadi pada waktu itu. Bahasa digunakan penyunting/penulis Fadmin Prihatin Malau dalam menulis buku itu bergaya narasi sehingga menarik dibaca dan memberikan gambaran suasana apa yang terjadi kala itu.
Dari buku itu ternyata Adlin Umar Lubis seorang penyair sebab syair-syair atau puisi yang ditulisnya. Membaca puisi-puisi Adlin Umar Lubis dalam buku Anak Kebon Lintas Tiga Zaman itu adalah perjalanan hidupnya dan peristiwa kehidupan di Indonesia. Puisi itu ditulisnya dari tahun 1959 sampai tahun 2018.
Ketika Adlin Umar Lubis berusia 19 tahun, puisinya berjudul, “Desa Kelahiran” yang masih mempergunakan ejaan lama. Ternyata puisi yang diciptakannya sangat beragam dan universal seperti puisi berjudul, “Proklamasi 45” yang ditulisnya bulan Agustus 1962 tepat pada Hari Ulang Tahun (HUT) ke-20 Republik Indonesia. Puisi itu menggambarkan kondisi kala itu seperti bait puisi itu; tiupan maut si laknat tjelaka//terasa dipendjuru dunia//terdengar dipelosok desa.
Sayangnya puisi-puisi karya Adlin Umar Lubis itu tidak dipublikasikannya di media massa sehingga tidak tercatat sebagai penyair seperti Bokor Hutasuhut, Ali Soekardi, A. Kadir Zailani Yahya, Ghazali Makruf, A. Djalil Sidin, Amirhan A. Sani dan lainnya yang seusia dengan Adlin Umar Lubis. Dalam buku biografinya, Adlin Umar Lubis mengakui dirinya bukan penyair. Namun, sesungguhnya puisi yang diciptakan seseorang itu menjadikan seseorang itu dinilai penyair. Bisa dikatakan Adlin Umar Lubis penyair sebab puisinya sangat bagus dan konsistensi dalam menulis puisi satu alasan menyebut dirinya penyair.
Dari puisinya itu tergambar tentang dirinya dan keadaan zaman orde lama, zaman orde baru dan zaman reformasi. Hebatnya masih ada puisi yang ditulisnya tahun 1965 berjudul, ”Kami Tiada Siapa”
Sejak era orde lama, orde baru dan era reformasi Adlin Umar Lubis menulis puisi seperti puisi berjudul, “Reformasi” yang ditulisnya tahun 1999 dengan bait-bait puisi yang kini menjadi kenyataan yakni; antara resah dan gelisah//masihkah ada masa depan nusa tercinta//yang tercabik oleh angkara murka//serakah dalam bicara dan kuasa.
Adlin Umar Lubis tak mengekspos puisinya lewat media massa tetapi hadir dalam buku biografinya Anak Kebon Lintas Tiga Zaman yang membuat buku itu tampil beda.
***
Peresensi: Mohammad Iqbal